Genosida Zionis Israel
- tim tvonenews
PBB, misalnya tak berdaya ketika bantuan kemanusian UNHCR saat menuju kota Srebrenica selalu diserang tentara Serbia.
Pada 9 Oktober 1992 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi larangan terbang di wilayah Bosnia, namun dilanggar ratusan kali (berdasarkan catatan PBB) dan tentu saja tak ada sanksi.
(Dok. Monumen genosida lebih dari 8000 lelaki dan remaja Muslim Bosnia pada Juli 1995. Sumber: Wikimedia Common, English Wikipedia user The Dragon of Bosnia, CC BY-SA 3.0)
Puncaknya, PBB dan Uni Eropa memberikan solusi yang tak hanya menyudutkan Bosnia, tapi juga berbau apartheid: membagi Bosnia menjadi tiga republik mini berdasarkan etnis (Muslim 30 persen), Serbia 51 persen dan Kroasia 19 persen). Sebuah perjanjian yang dibuat dalam keadaan Bosnia yang tengah terdesak oleh invasi brutal Serbia.
Demikian, PBB dan Uni Eropa bukan hanya gagal menghukum kejahatan perang Serbia, negeri negeri di Utara yang kerap mengklaim sebagai kampiun demokrasi justru menjadi sponsor sistem apartheid, yang didahului tindakan penuh anyir darah genosida pada warga Bosnia.
“Kami berperang sendirian,” gugat Zuplevic pada puncak puncak kekejian perang di Bosnia. Tapi kita tahu, Zuplevic sebenarnya tak pernah benar-benar sendirian. Di belahan bumi lain, ada sebuah bangsa yang hampir 60 tahun lebih disia-sia, digebah, diusir disingkirkan, tak hanya badannya, tapi juga pemikiran, sejarah dan bahasanya dari negerinya sendiri: Palestina.
Israel, bangsa yang sebenarnya pernah jadi ‘korban’ genosida, ternyata bukan hanya gagal bersolidaritas, tapi justru menjadi pelaku genosida.
Dan Barat yang begitu rajin membangun museum Holocaust di mana-mana, sebagai tanda solidaritas kepada orang-orang Yahudi yang dibunuh dan diusir di Eropa pada zaman Hitler di masa lalu, entah karena rasa bersalah atau kebebalan, begitu sedikit simpati kepada orang Palestina.
(Dok - Seorang anak warga Palestina duduk di pemakaman masal warga Palestina korban zionis Israel. Sumber: ANTARA/Xinhua)
Dan yang terjadi kemudian adalah perang untuk merayakan dendam berdasarkan kebanggaan kebangsaan dan kebencian ras dan kaum.
Dari mulut seorang rabi saat penguburan Baruch Goldstein, seorang zionis yang tewas usai dipukul pemuda Palestina usai membantai warga Palestina saat sholat Subuh di Masjid Ibrahim, Hebron. “Sejuta orang Arab tak seberharga sepotong kuku jari tangan orang Yahudi.” Sebuah glorifikasi pada kebrutalan dan nafsu rendah manusia itu diucapkan dengan enteng oleh Rabi itu.
Load more