Dalam hal ini Polri memang membenarkan adanya gas air mata sudah kedaluwarsa yang digunakan untuk mengamankan kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang. Namun, menurut polisi, efek yang ditimbulkan dari cairan kimia itu berkurang dibandingkan gas air mata non-kedaluwarsa.
Meski belum diketahui berapa jumlah gas air mata kedaluwarsa yang digunakan saat kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10), Dedi memastikan sebagian besar gas air mata atau chlorobenzalmalononitrile (CS) saat itu adalah yang masih berlaku dengan jenis CS warna merah dan biru.
Jenderal polisi bintang dua itu menyebutkan ada tiga jenis gas air mata yang digunakan personel Brimob di seluruh Indonesia, yakni warna merah, biru, dan hijau. Penggunaannya pun diatur sesuai dengan eskalasi massa dan tingkat contingency yang terjadi.
Diduga ada mobilisasi aparat saat pertandingan
Selain temuan gas air mata kedaluwarsa, Mabes Polri akhirnya juga merespons temuan dugaan mobilisasi aparat yang diduga membawa gas air mata ketika pertengahan babak kedua antara Arema FC Vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) lalu.
Dalam pertandingan derbi Jawa Timur (Jatim) itu, Persebaya berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Seusai pertandingan, suporter Arema FC, Aremania pun terlihat turun dari tribun penonton untuk menuju ke lapangan. Akibatnya, kerusuhan pun tak terelakan ketika aparat kepolisian berusaha mengamankan dengan gas air mata.
Tragedi Kanjuruhan pun tidak bisa terelakkan dengan jatuhnya ratusan korban jiwa. Setidaknya ada 131 korban jiwa menurut data Mabes Polri.
Load more