Lebih lanjut, ia menyebut solidaritas dan kerja sama multilateral juga harus diarahkan untuk membantu negara yang paling terkena dampak krisis untuk menjawab kebutuhan jangka pendek dalam ketahanan pangan dan energi, serta memperkuat stabilitas keuangan global.
Puan menyatakan, pemerintah membutuhkan peran serta parlemen yang lebih kuat dalam upaya mengatasi tantangan global, membangun ketahanan pangan dan energi, serta mempercepat pemulihan ekonomi.
"Penting sekali bagi parlemen berkolaborasi demi menjamin akses pangan dan energi, serta menjawab tantangan ekonomi. Khususnya melalui fungsi penganggaran, pembuatan undang-undang, dan pengawasan yang kita miliki," ucapnya.
Dengan kolaborasi bersama, terutama antara negara G20 sebagai sebagai ekonomi terbesar di dunia, Puan menyebut tantangan terhadap tingginya harga pangan dan energi serta lambatnya pertumbuhan ekonomi global dapat dikelola dengan lebih baik.
Adapun pembicara dalam sesi kedua P20 itu adalah pimpinan parlemen Azerbaijan Sahiba Gafarova, pimpinan parlemen Rusia Valentina Matvienko dan Kim Young Joo dari Korea Selatan.
Sementara dalam sesi ketiga sidang P20 bertema "Parlemen Efektif, Demokrasi Vibrant", Puan menyoroti persoalan tren penurunan kualitas demokrasi pada beberapa tahun terakhir akibat kemunculan pandemi COVID-19.
"Pembatasan pergerakan manusia sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 dan kewajiban vaksinasi dianggap bertentangan dengan hak asasi manusia karena bersifat memaksa dan menghalangi kebebasan bergerak individu," jelas Puan.
Load more