Pelarian Aidit ke Yogyakarta, Bermaksud Membuat Pemerintahan Darurat PKI, Namun Jalan Hidupnya Berakhir di Sebuah Sumur Tua
- istimewa
Foto: Presiden RI pertama Soekarno dan Dipa Nusantara Aidit
Dengan pengakuan Aidit yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kordinator/ Wakil Ketua MPRS tengah melaksanakan tugas Presiden Sukarno, para perwira AURI itu menawarkan untuk mengantarkannya menemui Sri Paku Alam.
Akan tetapi Aidit minta diantar ke rumah Soetrisno, Ketua CDB PKI Yogyakarta. Salah seorang perwira AU menyarankan agar Aidit diantar dengan mobil dinas Gubernur AAU. Namun Komodor Dono Indarto menolak usulan itu.
Akhirnya Aidit diantar dengan mobil Morris, sedangkan para perwira mengikuti dari belakang dengan mengendarai gaz. Karena diantara mereka tidak ada yang mengetahui rumah Ketua CDB PKI, rombongan kecil itu sempat nyasar dua kali.
Mula-mula mereka ke rumah Ketua Partai NU, kemudian nyasar ke rumah Ketua PNI. Lalu setelah rumah Soetrisno ditemukan, para perwira itu meninggalkan Aidit.
Para perwira menengah AURI itu saling bertanya, mengapa kedatangan seorang Menko tidak menemui Gubernur, melainkan malah menemui Ketua CDB PKI yang terletak di kampung.
Pada tanggal 2 Oktober 1965 pagi, Aidit membuat pengumuman No. 3/10/1965 yang menyatakan bahwa pelaksanaan G30S di Jakarta, seolah-olah direstui oleh Presiden Sukarno.
Pengumuman itu disusunnya sendiri, kemudian diserahkan kepada Wirjomartono, Ketua Biro Khusus Yogyakarta, dan seterusnya diberikan kepada Mayor Moeljono, untuk disiarkan melalui radio.
Akhir Kisah Pelarian Dipa Nusantara Aidit
Dalam catatan peneliti Amerika serikat Victor M Vic, Aidit mengadakan pertemuan darurat dengan para pimpinan PKI di Yogyakarta. Ia melaporkan secara rinci peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya dalam kudeta G30S PKI di Jakarta.
Pertemuan itu juga membahas penilaian tentang kemungkinan membentuk kelompok-kelompok bersenjata setempat untuk mendukung Dewan Revolusi Untung, dan menyimpulkan bahwa ini tidak mungkin.
Pertemuan memutuskan bahwa PKI cabang propinsi akan melancarkan aksi-aksi massa untuk membela Presiden Soekarno, yang sekarang sudah menjadi tawanan Soeharto, dan bahwa kebijakan ini akan diterapkan selama dukungan Presiden pada PKI tidak berubah.
Aidit kemudian meninggalkan Yogyakarta menuju Semarang, tempat Lukman, Sujono Atmo dan pemimpin puncak PKI provinsi mengadakan pertemuan darurat.
Load more