Perempuan Itu Meratap Pilu di Atas Peti Jenazah Kapten Pierre Tendean yang Dibunuh PKI, Ini Hal Menyedihkan yang Ia Sesali
- Wikpedia - IG @pierresangpatriot
Maria Elizabeth Cornet, perempuan berdarah Perancis itu sedang merayakan ulang tahunnya pada 30 September 1965. Di momen bahagia itu, biasanya putra satu-satunya Pierre Andrias Tendean selalu hadir menemaninya.
Setiap tanggal tersebut, jika ada kesempatan, Pierre Tendean selalu pulang ke Semarang, untuk turut merayakan hari ulang tahun ibunya. Bila ada sesuatu hal yang membuatnya tidak dapat pulang, biasanya mengirim surat atau telepon lebih dahulu.
Tapi dihari itu, Maria sama sekali tak mendapatkan kabar dari putra kesayangannya itu. Mitzi, kakak perempuan Pierre, kemudian berusaha menelpon ke Jakarta via Bandung, tetapi tidak berhasil.
Foto: Kapten Pierre Tendean dan Keluarga (Sumber: @vz_pierre)
Mitzi langsung ke rumah adiknya, Rooswidiati. Disanai ia mendapat penjelasan bahwa pada tanggal 1 Oktober Yusuf Rosak telah menjemput Pierre di rumah Pak Nasution, tetapi dikatakan oleh penjaga bahwa Pierre sedang tugas dengan Pak Nasution.
Sebelumnya, Pierre memang sudah berjanji kepada Yusuf Rosak yang kebetulan ada tugas di Jakarta, bahwa pada tanggal 1 Oktober, keduanya akan pulang bersama-sama ke Semarang.
Pada waktu berusaha menjemput itu, Yusuf memang melihat beberapa panser di sekitar rumah Jenderal AH Nasution yang disangkanya hanya latihan, ia tidak tahu kejadian yang sebenanya.
Mendengar keterangan Yusuf Rosak itu, lbu Pierre menjadi lega dan mengatakan kepada Mitzi,
"Nah, itu dia, kau masih berpikir yang bukan-bukan, Pierre kan sedang bertugas dengan Pak Nas, kenapa kau bertanya kepada Panglima segala?" tulis Masykuri dalam bukunya "Pierre Tendean" terbitan 1983/1984, mengutip kata-kata Maria Elizabeth.
Foto: Kapten Anumerta Piere Tendean bersama dengan kedua kakak perempuannya Mitzi Farre (duduk) dan Rooswidiati (Masykuri, "Pierre Tendean" - 1983/1984)
Dulu, saat Pierre Tendean masih ditempatkan pada medan berbahaya, menyusup ke dalam wilayah Malaysia dalam Operasi Dwikora di Kalimantan, Maria Elizabeth meminta putranya ditarik pulang dari garis depan. Ia ingin putra satu-satunya itu ditempatkan dalam zona aman dari perang.
Pierre Tendean, kemudian akhirnya ditarik pulang berkat permintaan ibunya itu dan ditempatkan dalam tugas baru, sebagai Ajudan Menhan Pangab, Jenderal Nasution.
Load more