Ada Styrofoam dalam Bom Molotov yang Rencana Diledakan pada Demo Hari HAM, Polisi Beberkan Efeknya Bisa...
- tvOnenews - Rika Pangesti
Jakarta, tvOnenews.com — Polda Metro Jaya mengungkap temuan tidak biasa dari bom molotov yang disita saat penangkapan tiga terduga pelaku perencana kerusuhan menjelang aksi Hari HAM 10 Desember 2025.
Bahan peledak rakitan itu ternyata menggunakan material styrofoam, yang disebut membuat efek bakar jauh lebih lama.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto menjelaskan, komposisi tersebut mengindikasikan pengalaman dan kemampuan teknis dari para pelaku.
“Sedikit kita sampaikan, kenapa molotov yang dibuat terbuat dari styrofoam, nah ini memberikan efek, impact lebih lama dalam proses pembakaran dibandingkan hanya berisi cairan,” ungkap Budi pada Senin (8/12/2025).
Menurutnya, penggunaan material tersebut membuat api tak cepat padam.
"Jadi ini memberikan impact efek yang lebih lama dalam proses terbakar, itu sebagai media yang dilakukan,” imbuh Budi.
Polisi Usut Dalang dan Jaringan Perencana Kerusuhan
Budi menegaskan penyelidikan masih berlangsung maraton, termasuk mengungkap siapa sosok di balik perencanaan aksi.
“Tim Polda Metro Jaya masih melakukan penyelidikan, tidak berhenti sampai di sini. Kita pasti akan mengusut siapa di balik kegiatan-kegiatan aksi kerusuhan yang sedang direncanakan,” katanya.
Selain dugaan jaringan, polisi juga mendalami motif dari ketiga pelaku yang ditangkap di lokasi berbeda.
Wadiressiber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus menyebut, sejauh ini motif yang terdeteksi masih sebatas membuat kekacauan. Tak ada motif tertentu.
“Berdasarkan hasil pendalaman sementara, berdasarkan bukti elektronik yang ada, motifnya mereka hanya membuat rusuh,” ucap Fian.
Ia menegaskan dugaan jaringan kelompok atas masih dianalisis.
“Kemudian apakah satu jaringan itu masih kita dalami, apakah sudah teridentifikasi itu sedang kami dalami juga. Jadi nanti akan ada rilis berikutnya supaya masyarakat mendapatkan informasi yang jelas,” ujar Fian.
Sejauh ini, polisi belum merinci kapan dan di mana aksi itu akan dijalankan. Menurut Fian, komunikasi para pelaku berada dalam ruang tertutup menggunakan aplikasi yang jarang digunakan publik.
“Komunikasi mereka itu terjadi di dalam suatu ruang yang tertutup, ruang itu hanya kita bisa buka lewat digital forensik. Aplikasi yang mereka gunakan juga aplikasi yang jarang digunakan yaitu aplikasi Session,” terang Fian.
Load more