Polda Metro Jaya Sita 6 Bom Molotov yang Disiapkan Buat Kerusuhan Demo Hari HAM 10 Desember
- tvOnenews - Rika Pangesti
Jakarta, tvOnenews.com - Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menyita enam bom molotov yang dirakit oleh seorang pemuda di Kampung Irian, Kelurahan Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat berinisial BDM (20).
BDM ditangkap pada Minggu 7 Desember 2025 dan langsung ditetapkan tersangka terkait dugaan ancaman kekerasan dan menakut-nakuti melalui media elektronik.
Berdasarkan penelusuran, enam bom molotov ini dirakit oleh BDM atas permintaan dari tersangka TSF (22).
"TSF adalah Pemilik dan penguasa akun media sosial Instagram dengan nama pengguna @verdatius sejak bulan Juni 2025. TSF menggunakan nama panggung dalam dunia Anarko yaitu verdatius alias vrdts," ungkap Kasubdit III Ditressiber Polda Metro Jaya, AKBP Rafles Marpaung, saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya pada Senin (8/12).
Dari tangan BDM, polisi menyita enam buah botol bekas saus sambal dengan isi styrofoam; satu unit ponsel Redmi 15C warna Hitam dengan IMEI 1: 868050074196326 dan IMEI 2: 868050074196334, yang didalamnya terdapat akun Instagram @_bahanpeledak_; serta satu buah email bongkadzakki63@gmail.com yang passwordnya telah dirubah menjadi
S**.
AKBP Rafles menjelaskan hubungan antara BDM dan TSF yang diduga berjejarinf untuk merencanakan aksi kerusuhan saat unjuk rasa Hari Hak Asasi Manusia (HAM) pada 10 Desember mendatang.
"BDM sebagai pemilik dan penguasa akun media sosial Instagram dengan nama pengguna @_bahanpeledak_ sejak November 2025 melakukan teror dengan posting foto latar Wisma DPR dengan narasi kalimat “Kita
adalah bayang bayang yang kalian takuti dan kita adalah teror” dan “Wisma lo udah
gue teror kali aja kantor lo mau gue teror” pada tanggal 5 Desember 2025, melalui
postingan story sosial media Instagram dengan nama pengguna @_bahanpeledak_," ungkap Rafles.
Lebih jauh, Rafles mengungkap, BDM juga melakukan interaksi percakapan dalam grup Anarko pada aplikasi yang jarang digunakan oleh masyarakat lain, yakni bernama Session.
"BDM dan TSF bergabung dalam satu grup yang sama dengan nama grup “A-JKT” yang membahas terkait Anarko serta perencanaan aksi anarkis saat Aksi Unjuk Rasa pada tanggal 10 Desember 2025 mendatang," bebernya.
Dalam kasus ini, BDM memiliki peran penting yakni membuat 6 buah bom molotov.
"6 bom yang masih dalam tahap produksi, nantinya akan diberikan kepada pemesan yaitu TSF alias verdatius alias vrdts (Admin grup Session A-JKT) untuk dipergunakan saat Aksi Unjuk Rasa 10 Desember 2025 mendatang," kata Rafles.
Sementara itu, TSF mengaku kepada tim penyidik kepolisian bahwa ia tak pernah melakukan pemesanan bom molotov kepada BDM.
"TSF mengaku bahwa telah melakukan uninstall aplikasi Session pada tanggal 6
Desember 2025 (satu hari sebelum ditangkap). Sehingga akun tersebut tidak bisa diakses kembali. TSF tidak mengakui bahwa pernah melakukan pemesanan Bom Molotov kepada saudara BDM alias @_bahanpeledak_," ungkap Rafles.
Perlu diketahui, TSF adalah pemilik dan penguasa akun media sosial Instagram dengan nama pengguna @verdatius sejak bulan Juni 2025. Ia menggunakan nama panggung dalam dunia Anarko yaitu verdatius alias vrdts.
Sejatinya, akun instagram @Verdatius itu mengunggah konten tentang pengetahuan sejarah perang, edukasi pengetahuan sosial terkait pahlawan dan perang.
Namun seiring berjalannya waktu, akun tersebut digunakan sebagai tempat mengumpulkan massa untuk melakukan aksi unjuk rasa.
TSF juga mengaku sebagai vrdts pada aplikasi Session sebagai admin atau pengendali didalam grup Anarko pada aplikasi Session dengan nama grup “A-JKT”.
Selain akun instagram @_bahanpeledak_ dan @verdatius milik kedua tersangka, Fiaj Yunus membeberkan, juga ada beberapa akun lainnya yg terafiliasi mempersiapkan kerusuhan dalam kegiatan unjuk rasa.
Salah satunya adalah dengan cara membuat bom pipa, merencanakan penyerangan ke kantor polisi, dan menjebak polisi ke tempat yg sudah dipersiapkan. (rpi/aag)
Load more