Lifting Migas Tembus 608 Ribu Barel per Hari, Swasembada Energi di Bawah Prabowo-Gibran Diklaim Cerah
- tvOnenews/Abdul Gani Siregar
Jakarta, tvOnenews.com — Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dinilai sedang membuka babak baru ketahanan energi Indonesia.
Lifting minyak nasional yang menembus 608 ribu barel per hari, melampaui target APBN 2025 sebesar 605 ribu barel per hari, dipandang sebagai sinyal awal pemulihan produksi energi nasional sekaligus langkah menuju pengurangan ketergantungan impor minyak.
Pakar energi Universitas Nusa Cendana, Fredrik L. Benu, menyebut kenaikan produksi ini merupakan buah dari optimalisasi sumur eksisting dan kebijakan penataan sumur rakyat yang sedang dijalankan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.
“Kita naik dari sekitar 600 ribu jadi hampir 700 ribu barel. Itu antara lain dengan memaksimalkan sumur-sumur yang sudah ada dan juga sumur-sumur baru,” ujar Fredrik, dalam keterangan tertulis, Rabu (5/11/2025).
Menurut Fredrik, tren ini mengonfirmasi komitmen awal pemerintah dalam memperkuat produksi energi domestik. Ia yakin Indonesia masih memiliki potensi cadangan minyak yang sangat besar sehingga peningkatan lifting hingga 1 juta barel per hari dapat dicapai jika langkah eksplorasi dan pendataan sumur rakyat dijalankan secara konsisten.
“Jadi kita lihat saja pemerintah ke depan. Di samping kebijakan bauran energi, kita minta penambahan eksplorasi karena potensinya masih besar,” tegasnya.
Pakar ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Frits Fanggidae, menilai capaian lifting ini memberi sinyal positif bagi prospek pertumbuhan ekonomi.
Namun peningkatan produksi migas harus diiringi penguatan industri energi nasional agar cadangan dalam negeri tidak sekadar dicatat, tetapi benar-benar dimanfaatkan untuk mengurangi impor.
“Lifting itu mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran dalam ekonomi. Jadi harus ada kapasitas produksi yang naik agar manfaat lifting tinggi itu bisa dirasakan,” ujar Frits.
Ia menekankan bahwa peningkatan lifting harus berjalan berdampingan dengan energi baru terbarukan (EBT).
“Kalau lifting naik tapi produksi nasional tidak naik, impor tetap besar. Jadi lifting naik harus dibarengi peningkatan kapasitas produksi,” katanya.
Sementara itu, pakar kebijakan publik, David B. W. Pandie, menilai strategi energi pemerintah Prabowo–Gibran berada di jalur benar. Swasembada energi disebut penting bukan hanya bagi kemandirian ekonomi, tetapi juga stabilitas politik nasional.
Load more