Mentan Amran Jemput Presiden Brasil, Setelah Turunkan Harga Pupuk 20%
- Istimewa
“Brasil dan Indonesia memiliki semangat yang sama, menjadikan pertanian sebagai kekuatan rakyat,” ujar Amran usai prosesi penyambutan.
Poros Baru dari Selatan Dunia
Brasil dan Indonesia adalah dua kekuatan besar yang terletak di belahan selatan dunia.
Brasil unggul dalam industri kedelai, daging, dan bioenergi; sementara Indonesia sedang menapaki puncak kemandirian pangan tropis.
Pertemuan dua negara ini menandai munculnya poros baru diplomasi pangan global, di luar dominasi negara-negara utara.
Kerja sama yang kini dijajaki meliputi teknologi pertanian tropis, riset pupuk ramah lingkungan, hingga perdagangan produk pangan berkelanjutan.
Dalam konteks itu, Amran bukan sekadar menteri teknis. Ia menjadi wajah dari pertanian Indonesia yang tangguh, produktif, dan disegani.
Setahun terakhir, Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mencatat capaian signifikan di sektor pertanian.
Produksi beras melonjak, impor jagung dan kedelai turun drastis, dan harga bahan pangan relatif stabil.
Penurunan harga pupuk bersubsidi menjadi tonggak baru dari upaya panjang menuju kedaulatan pangan.
Bagi banyak pihak, langkah itu menunjukkan keberanian Amran menempuh jalur efisiensi tanpa mengorbankan kesejahteraan petani.
“Pertanian bukan lagi sektor pinggiran. Ia adalah wajah kekuatan Indonesia di dunia,” ujar seorang pejabat senior yang turut hadir di Halim.
Hari itu, di bawah lampu sorot bandara yang mulai redup, dua tokoh pertanian dunia berjabat tangan.
Satu datang dari negeri jauh di Amerika Selatan, satu lagi dari tanah subur Nusantara.
Bersama, mereka membawa pesan yang sama: pertanian adalah kekuatan bangsa.
Dan bagi Indonesia, hari itu menjadi penegasan bahwa pangan bukan sekadar urusan dapur — tapi simbol kedaulatan, martabat, dan kekuatan negara.
“Dunia harus melihat,” ujar Amran pelan, “Indonesia bukan hanya bisa memberi makan rakyatnya sendiri — tapi juga siap menjadi negara yang memberi makan dunia.”
Load more