Meski Ramai Kasus Keracunan, SDN CBS 12 Jakarta Timur Pastikan MBG Sangat Dinanti Siswa
- tvOnenews - Rika Pangesti
Jakarta, tvonenews.com – Di tengah maraknya pemberitaan kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah, sejumlah sekolah tetap berupaya menjaga kualitas makanan agar tetap aman dikonsumsi siswa.
Salah satunya SDN CBS 12 Pagi, Jakarta Timur, yang hingga kini mengaku belum pernah mengalami kendala serius sejak program tersebut mulai berjalan pada 14 Juli 2025.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SDN CBS 12 Pagi, Eva Harianja, menegaskan bahwa pihak sekolah memiliki prosedur ketat dalam distribusi makanan. Sehingga makanan yang datang tetap dalam kondisi segar dan langsung disantap oleh siswa.
“Sejak awal program, di sekolah kami tidak pernah ada kendala. Tidak ada makanan basi, tidak ada keluhan sakit perut. Anak-anak justru sangat antusias karena menunya bervariasi dan menarik. Mereka bahkan sering bertanya, ‘Bu, MBG-nya jam berapa?’,” ungkap Eva, Jumat (26/9/2025).
Eva menjelaskan, setiap pagi vendor makanan datang ke sekolah pada pukul 06.30 WIB dengan membawa ratusan kotak makanan. Agar tetap segar, makanan baru dibagikan ke siswa pada pukul 09.00 WIB, serentak dari kelas satu hingga kelas enam.
“Untuk kelas rendah, pengantaran makanan dibantu oleh tenaga kependidikan langsung ke kelas. Sedangkan kelas tiga sampai enam, anak-anak mengambil sendiri sesuai jadwal. Semua siswa makan bersama di kelas masing-masing, didampingi guru kelas. Jadi terpantau dengan baik,” jelasnya.
Sekolah ini melayani sekitar 367 siswa setiap hari. Seluruh makanan dipasok oleh satu vendor catering yang juga melayani beberapa sekolah lain di kawasan Cipinang Muara.
Antusias Anak-anak soal MBG
Menurut Eva, justru anak-anak kelas tinggi lebih bersemangat menunggu jatah MBG. Menu yang bervariasi membuat mereka penasaran setiap harinya.
“Kadang ada nasi dengan lauk ayam atau ikan, lengkap dengan sayur dan buah. Ada juga susu, tahu, atau tempe yang disajikan bergantian. Jadi anak-anak tidak bosan,” ujarnya.
Ia menambahkan, sebelum program MBG digulirkan, banyak siswa yang kesulitan mendapatkan asupan gizi cukup di rumah.
Bahkan, saat masih ada program PMTAS (Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah), sekolah kerap mendapati siswa pingsan saat upacara karena tidak sarapan.
Load more