Tak Diduga Alasan Ini buat Pasukan PKI dari Batalyon Jateng dan Jatim Malah Membelot ke Soeharto
- dok.kolase tvOnenews.com/viva.co.id
Jakarta, tvOnenews.com- Tak pernah diduga oleh siapapun, pasukan PKI yang dikenal "sangar" atau menakutkan itu malah membelot.
Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Khusus Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah menyatakan rasa optimisnya, atas kekuatan militer yang berhasil mereka himpun mampu diandalkan untuk mendukung kesuksesan operasi militer G30S PKI.
- dok.kolase tvOnenews.com/viva.co.id
Setelah agenda rapat ke 4 tanggal 15 September 1965, Sjam Kamaruzzaman menyampaikan kesiapan dua batalyon dari Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk bergabung dalam operasi militer G30S PKI.
Lalu, adanya laporan mengisyaratkan bahwa pasukan bisa diandalkan untuk memberikan dukungan bersenjata pada serangan pre-emptive. Guna menculik para jenderal, Sjam pun berjanji akan memberikan informasi lebih lanjut nantinya.
"Sjam memberitahu hadirin bahwa dua batalyon dari Jawa Tengah dan Jawa Timur tak lama lagi akan tiba di Jakarta untuk ambil bagian dalam perayaan Hari Angkatan Bersenjata yang diselenggarakan pada 5 Oktober." tulis Victor M Fic mengutip pernyataan Sjam, dalam bukunya "Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi Tentang Konspirasi".
Ternyata dalam catatan Victor, perencanaan operasi militer G30S PKI telah dimatangkan dengan rencana teknisnya dalam rapat-rapat kordinasi sejak 6 September 1965 hingga hari H operasi.
"Para konspirator itu bertemu sepuluh kali untuk menyempurnakan detail-detail teknis militer, dari Rencana Besar yang telah disetujui Politbiro pada 26 Agustus itu, dan yang disampaikan kepada Syam oleh Aidit pada malam hari itu." tulis Victor.
Kemudian,para pasukan dipecah menjadi unit pemukul, teritorial, dan cadangan, dan yang disebutkan terakhir akan menyediakan pelayanankomunikasi, transportasi dan dukungan lain. Bono akan mengarahkan operasi intelijen dan pengamatan.
Lettu Doel Arif pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965 merupakan zosok penting yang ditugaskan untuk melakukan penculikan para jenderal Angkatan Darat.
Di mana, Pasukan Pasopati yang ia pimpin menjadi pasukan utama dalam aksi G30S PKI tersebut. Seperti diektahui, momen tragedi G30S diperingati setiap 30 September.
Perintah yang diterima Doel Arief adalah menangkap para jenderal hidup atau mati. Namun pada dini hari itu, rencana operasi kacau diluar perkiraan.
Malah tokoh utama sasaran penculikan, Jenderal Nasution, rupanya berhasil lolos dari pengepungan.
Berjalan waktu, bayangan kemenangan dari rencana kudeta telah ada di depan mata. Situasi di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 itu, menjadi jam-jam genting yang sangat menentukan.
Dalam hitungan jam, situasi berubah dengan cepat, para "Perwira Berpikiran Maju" itu tercekat, kalamengetahui Jenderal Nasution berhasil lolos dan bersama Mayjen Soeharto mulai mempersiapkan serangan balik.
"Ketika masuk berita, Nasution tidak kena dan melarikan diri, kelompok pimpinan menjadi terperanjat, kehilangan akal dan tidak berbuat apa-apa." jelas Brigjen Suparjo, dalam surat rahasianya yang diselundupkan ke penjara Laksamana Omar Dhani.
Dari markas Kostrad, Soeharto dan Nasution mengikuti perkembangan detik demi detik, sambil terus menyusun kekuatan untuk memukul balik kelompok G30S PKI.
Pasukan PKI Terpecah dan Membelot ke Soeharto
Melihat dinamika yang tak stabil dari komunikasi para atasan PKI, malah merugikan seluruh pasukan yang bertugas.
Setelah mengetahui dari siaran radio pada pukul 14.00 siapa-siapa di balik gerakan itu, Suharto bergerak melancarkan operasi-operasi ofensif.
Seperti diketahui, pasukan penyokong G30S PKI yang masuk ke Ibu Kota Jakarta saat itu adalah batalyon 530 dari Jawa Timur dan 454 dari Jawa Tengah.
Pasukan-pasukan ini, dalam kesaksian yang ditulis Suparjo, kondisi mereka malah kelaparan karena tidak mendapatkan pasokan makanan. Akibat kacaunya kordinasi pimpinan operasi militer G30S PKI.
"Semua kemacetan gerakan pasukan disebabkan diantaranya tidak makan. Mereka tidak makan semenjak pagi, siang dan malam, hal ini baru diketahui pada malam hari ketika ada gagasan untuk dikerahkan menyerbu ke dalam kota. Pada waktu itu Batalyon Jateng berada di Halim. Batalyon dari Jatim sudah ditarik ke Kostrad dengan alasan makanan." ungkap Suparjo.
Terbitlah peluang pembelotan pasukan PKI ke Soeharto. Pasalnya, pada jam-jam genting itu, Soeharto malah membuka perundingan dengan pasukan dari Batalyon Jateng dan Jatim tersebut.
"Ia mengutus Mayjen Basuki Rachmat, yang kenal dengan beberapa komandan pasukan ini dari Jawa Timur, Mayjen Sobirin Mochtar, bekas komandan Batalyon 530, dan Kolonel Ali Murtopo." tulis Victor M. Fic dalam bukunya.
Luar biasa, pengaruh pertemuan yang bersahabat dengan Kostrad ini, Batalyon 530 terpecah, dan pada pukul 16.00 banyak prajurit yang meninggalkan Medan Merdeka dan melapor ke Kostrad.
"Saudara-saudara mengawal Presiden,tetapi sebenarnya saudara-saudara dimanipulasi untuk melindungi sebuah kudeta yang dilakukan oleh Untung. Yang jelas, saudara-saudara mengawal istana yang kosong, karena Presiden sekarang berada di Halim, sebagai tawanan Untung.” kata Soeharto.
"Sekarang, jika saudara-saudara masih setia kepada revolusi dan sumpah prajurit, kumpulkan anak buah saudara dan kembali ke sini melapor pada saya. Jika tidak, saya terpaksa mengambil tindakan tegas terhadap saudara-saudara.” tegas Soeharto yang secara tak langsung membujuk para pasukan.(buz/klw)
Load more