Musso Dedengkot PKI Sesungguhnya? Orang yang Berhubungan Baik dengan Joseph Stalin di Uni Soviet itu Sebenarnya Anak Kiai, Kisahnya...
- Kolase Tvonenews.com
Jakarta, tvOnenews.com - Kisah Munawar Musso dianggap menjadi dedengkot Partai Komunis Indonesia (PKI), tentunya selalu dikaitkan dengan Tragedi G30S PKI.
Sebagaimana diketahui, G30S PKI berlangsung selama satu malam yang  terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965.
Kehadiran G30S PKI, sekelompok pemuda yang konon dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit) ingin menggulingkan pemerintahan  Indonesia di era Soekarno.
Mereka ingin mengubah ideologi pemerintahan Indonesia menggunakan  sistem komunis, sehingga terang-terangan membuat pemberontakan saat itu.
Tujuh Pahlawan Revolusi yang menjadi korbannya sebagai target utama dalam aksi penculikan dan pembunuhan dari G30S PKI.
Dengan cara sadisnya, sekelompok pemuda itu menumpukkan jasad ketujuh Pahlawan Revolusi di dalam Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Beruntungnya, jasad Jenderal Ahmad Yani hingga satu perwira Kapten Pierre Tendean berhasil ditemukan di Lubang Buaya  pada 3 Oktober 1965.
Namun demikian, kisah ini menunjukkan bahwa PKI sudah hadir di Indonesia sejak terbentuk pada tahun 1914.
Sebelum adanya peristiwa menyedihkan ini, PKI tampaknya memiliki tokoh yang diduga seorang anak kiai, yakni bernama Musso.
Sebagian orang berspekulasi sosok Musso dianggap salah satu tokoh yang terseret pada aksi pemberontakan G30S PKI.
Benarkah Musso juga masuk dalam tragedi G30S PKI?
Musso Belajar Aliran Komunis
- Wikipedia
Â
Musso seorang pria kelahiran di Kediri Jawa Timur pada 1897. Ia tampaknya berperan sebagai tokoh penting yang menjabat pemimpin PKI pada era 1920-an.
Merujuk dari C.A.O. van der Kroef, The Communist Party of Indonesia: Its History, Program and Tactics (1954); Ruth McVey, The Rise of Indonesian Communism (1965), Musso pernah belajar di Belanda dan Moskow, Uni Soviet.
Sejak inilah, Musso memiliki hubungan baik dengan Joseph Stalin di Uni Soviet. Sementara, Alimin dan Tan Malaka menolak keras ajaran pemberontakan.
Melalui hasil pendidikannya di Uni Soviet, Musso pernah menjadi kader komunis internasional sebelum kembali ke Indonesia pada 3 Agustus 1948.
Saat tiba di Indonesia, ia membawa oleh-oleh berupa garis politik "Jalan Baru untuk Republik Indonesia", sehingga sangat pro terhadap Uni Soviet.
Load more