Mengenal Algojo yang Menembak Mati DN Aidit di Tepi Sumur, Sempat Dengarkan Pidato Dedengkot PKI itu
- Istimewa
Soeharto tiba-tiba menanyakan posisi Jasir saat meletusnya Peristiwa Madiun pada 1948.
Jasir mengaku tidak ada di sana, ia menegaskan tidak tergabung pada kelompok yang menentang kepemimpinan Panglima Siliwangi Kolonel Abdul Haris Nasution dan Hatta.
Merujuk buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan & Petualang karya Julius Pour, Jasir kala itu menerima perintah menuju Wonosobo.
"Siap, Jenderal. Waktu saya baru saja menerima perintah hijrah dari Jawa Barat, kompi saya ditugaskan untuk menghadapi batalyon komunis di Wonosobo," kata Jasir saat menjawab perintah Soeharto.
Namun, Soeharto mempertegas perintahnya bahwa kondisi di Madiun tidak kondusif akibat pemberontakan kelompok muda PKI.
Soeharto berharap Jasir dan pasukannya menumpas PKI di Madiun, sebab DN Aidit mengerahkan anak buahnya berkeliaran di Jawa Tengah.
Jasir memenuhi tugasnya untuk mengetahui gerak-gerik Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Kolonel Sarwo Edhi Wibowo dan pasukannya.
Kolonel Sarwo dan anak buahnya kala itu bergerak menuju Jawa Tengah. Sontak, Soeharto bilang begini kepada Jasir, "Kamu saya perintahkan berangkat. Selesaikan!."
Jasir kebetulan memahami wilayah Jawa Tengah. Ia dan Soeharto pernah menjalani tugasnya sebagai komandan, apalagi mereka asli lahir di sana.
Saat Jasir dan pasukannya di Solo, ia terkejut Soeharto tiba-tiba datang untuk melakukan inspeksi basis PKI di Solo.
Tak heran, basis PKI di Solo dianggap memiliki anggota paling banyak dibandingkan daerah Jawa Tengah lainnya.
Mengacu pada buku Diantara Para Sahabat: Pak Harto 70 Tahun karya Nazaruddin Sjamsuddin dan G. Dwipayana, Jasir menceritakan saat Soeharto memantau kinerjanya di Solo.
"Waktu bertemu dengan saya, beliau tidak bertanya macam-macam. Yang ditanyakan beliau justru masalah-masalah logistik; soal makanan selalu menjadi perhatian utama beliau," jelas Jasir.
Kata Jasir, dari momen tersebut membuat dirinya sangat senang terhadap gaya kepemimpinan Soeharto sebagai Panglima Kostrad.
Apalagi, Soeharto dan Jasir pernah menjadi anak didik di militer Jepang, mereka pernah merasakan bagian Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA).
Lebih lanjut, Jasir membuat tulisan kepada Soeharto, dirinya ternyata memiliki rasa dendam terhadap PKI di Madiun pada 1948, ia pun tanpa muluk-muluk langsung menerima perintah sang pemimpin.
Load more