Nestapa Pengemudi Ojol yang Sepi Order Hingga Minim Pemasukan Imbas Kerusuhan di Jakarta: Saya Harus Minta Tolong ke Siapa?
- tvOnenews
Jakarta, tvOnenews.com - Pagi hari biasanya menjadi waktu paling sibuk bagi Muhammad Nur (28), pengemudi ojek online (Ojol) di Jakarta Selatan. Ia akan menyalakan aplikasi Grab di ponselnya, memastikan motor listrik sewaannya siap dipacu menjemput penumpang atau mengantarkan makanan.
Namun, beberapa hari terakhir, rutinitas itu hilang. Nur hanya bisa duduk termenung di rumah kontrakannya, menatap layar ponsel yang menampilkan akun Grab miliknya terkunci.
“Saya kena imbasnya akibat kerusuhan kemarin. Jadi, di Grab ada pengajuan pause atau libur. Karena saya bingung mau narik kemana, sana-sini demo, penutupan jalan. Akhirnya saya ikutan paused dan ada kompensasi sebesar Rp50 ribu dari Grab (khusus motor listrik),” cerita Nur kepada tvonenews.com, Rabu (3/9/2025).
Nur menjelaskan, setiap harinya, untuk mencari nafkah, dirinya harus menyewa motor listrik senilai Rp50 ribu per hari, ditambah biaya pengisian baterai sebesar Rp25 ribu untuk satu hari.
- Istimewa
"Total pengeluaran harus ada Rp75ribu," kata Nur.
Ketakutan di Tengah Jalan yang Tertutup
Kerusuhan akhir Agustus lalu membuat banyak ruas jalan di Jakarta tak bisa diakses. Bagi masyarakat umum, itu berarti macet dan keterlambatan. Tetapi bagi Nur, itu berarti hilangnya ruang untuk mencari nafkah.
Nur mengatakan, dirinya tidak terlibat dalam aksi demonstrasi maupun kerusuhan beberapa waktu lalu, namun dirinya dan keluarga menjadi korban imbas kericuhan tersebut.
“Saya bingung mau narik apa kalau sana-sini ditutup dan chaos di mana-mana, takut kena imbas. Meskipun saya tidak ikut-ikutan aksi, malah sampai sekarang saya enggak bisa narik,” kata Nur.
"Bingung nyari pemasukan, sampai sekarang hanya merenungi nasib saja. Mau minta tolong sama siapa?," imbuhnya.
- Istimewa
Meski aplikasi di-pause, tagihan sewa motor listrik dan baterai tetap berjalan. Inilah beban terbesar Nur. Tanpa pemasukan, ia tak bisa membayar sewa. Dan tanpa bayar sewa, akunnya otomatis disuspend.
"Kalau begini, saya sudah teriak ke pihak Grab, jawabnya suruh top up saja. Sedangkan saya mau top up gimana? Saya aja tidak bisa narik, akun di-suspend. Kalau sudah begini, gimana nasib keluarga saya?” ujarnya lirih.
Kompensasi Terlambat, Utang Menumpuk
Grab memang memberikan kompensasi Rp50 ribu untuk pengemudi molis yang memilih “pause”. Menurut Nur, kebijakan “pause” yang diberikan Grab sebenarnya bermanfaat. Tetapi, kompensasi Rp50 ribu yang dijanjikan baru keluar pada malam hari tanggal 31 Agustus, sementara sistem langsung menagih biaya sewa motor.
Nur mengajukan libur pada 29 Agustus, baru pada 31 malam akunnya dibuka kembali.
“Akun saya kebuka dan langsung ada pembayaran rental motor sebesar Rp50 ribu. Otomatis akun saya tidak bisa narik karena melebihi pembayaran. Kompensasi keluar jam 10 malam. Saya berharap keluar pagi biar bisa bayar motor dan narik, ternyata malah malam,” jelas Nur.
Padahal, malam hari itu, ia tak mungkin mencari orderan. Esoknya, ketika akunnya aktif, justru sepi pesanan.
"Kemarin pas akun nyala, bener-bener orderannya sepi. Mau tidak mau, mending buat makan keluarga daripada bayar molis. Akhirnya sampai sekarang sulit buat nyari bayar molis sama baterai,” katanya.
Nur mengakui, pemasukannya juga menurun drastis lantaran sejumlah masyarakat masih banyak yang diberlakukan bekerja dari rumah alias Work From Home (WFH). Alhasil, pengemudi ojol jadi sepi orderan.
"Penghasilan anjlok karena masih bnyak orang kantor yang bekerja di rumah," ujarnya.
Antara Bayar Motor atau Makan Keluarga
Dilema itu membuat Nur dan istrinya harus memilih yang paling mendesak: makan.
"Berat juga buat makan saya sama istri saya kemarin. Pas nyala, kalahin bayar molis, akhirnya pembayaran tiga akun close. Ya, akhirnya mending buat makan keluarga,” ucapnya.
Kerusuhan yang sempat menelan korban pengemudi ojol yang terlindas kendaraan taktis, benar-benar menorehkan luka panjang. Bagi Nur, bukan hanya soal keamanan di jalan, melainkan juga soal hidup sehari-hari yang kini terganjal hutang sewa.
“Karena pas kasus ojol terlindas barakuda polisi itu sangat kena imbasnya dan banyak oknum yang bikin rusuh. Mau tidak mau saya pause biar tidak menambah biaya, eh malah boncos,” ujarnya.
Kini, Nur tak lagi sibuk melintas jalanan ibu kota. Hari-harinya diisi dengan kebingungan, memikirkan bagaimana cara melunasi sewa motor listrik agar bisa kembali bekerja. Ia tahu, tanpa kendaraan itu, pintu rezekinya tertutup rapat.
“Akhirnya sampai sekarang sulit buat nyari bayar molis sama baterai,” katanya pelan.
Di tengah hiruk pikuk kota, kisah Nur hanyalah satu dari sekian banyak suara ojol yang terpinggirkan. Mereka yang bukan bagian dari kerusuhan, tetapi menjadi korban paling sunyi dari dampak yang ditimbulkannya. (rpi/raa)
Load more