Mengenal Soekmono, Sosok di Balik Pemugaran Candi Borobudur yang Terima Penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Satu pekan yang lalu, Presiden Prabowo Subianto membagikan tanda jasa penghargaan kepada 141 tokoh. Salah satunya adalah arkeolog Indonesia, Prof Dr. R. Soekmono.
Penghargaan kepada Soekmono ini diberikan kepada ahli waris yang diwakili putrinya, Endang Setyawati, Senin (25/8/2025) lalu di Istana Negara.
Soekmono mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.
Pria kelahiran Brebes ini pun tak hanya sekali mendapatkan penghargaan dari Presiden Indonesia.
Pada tahun 1996, Soekmono juga mendapatkan penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma yang dianugerahkan oleh Presiden Soeharto.
Nama Soekmono jelas tidaklah asing di dunia arkeologi Indonesia.
Soekmono adalah orang Indonesia pertama yang lulus sebagai doktorandus di bidang arkeologi, yakni pada tahun 1953.
Pria kelahiran 14 Juli 1922 itu meraih gelarnya setelah menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Setelah resmi meraih gelar di bidang arkeologi, ia lalu menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi Kepala Dinas Purbakala.
Sebelumnya, jabatan itu hanya diduduki oleh orang-orang dari Belanda.
Namanya semakin dikenal ketika pada tahun 1970, ia dipercaya sebagai Ketua Proyek Pemugaran Candi Borobudur.
- ANTARA
Proyek pemugaran Candi Borobudur itu dibiayai langsung oleh pemerintah dan UNESCO.
Dikutip dari laman resmi BRIN, saat mulai dipugar, kondisi Candi Borobudur sangat memprihatinkan.
Banyak bagian peninggalan sejarah itu dalam kondisi rusak secara struktur karena mengalami erosi dan gangguan alam.
Kontribusi Soekmono dalam restorasi Candi Borobudur ini begitu penting. Ia mengusulkan metode penanganan berbasis teknologi modern.
Para ahli internasional UNESCO pun turut berkolaborasi dengan ahli dari Indonesia dalam proyek pemugaran ini.
Selama hidupnya, Soekmono mengabdikan diri di bidang Pendidikan arkeologi. Ia juga diangkat sebagai Guru Besar Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Udayana. (iwh)
Load more