Cuma Satu Harapan Pedagang Pasar Hewan Barito: Temui Kami, Pak Gubernur
- tvOnenews.com/Rika Pangesti
“Kalau makanan burung 20 kilo, pasir 25 kilo, masa harus naik-turun tangga? Kasihan juga burungnya, bisa stres. Belum lagi pembeli mana mau naik ke atas hanya buat beli pakan burung?” kata Yuliyana.
Selain itu, pedagang khawatir kehilangan pelanggan tetap karena lokasi baru terlalu jauh dari pusat kota.
“Pindah tempat artinya mulai dari nol. Itu berat,” lanjutnya.
Hidup Boleh Sederhana, Tapi Harapan Tak Bisa Dipadamkan
Dengan hanya membayar retribusi kios sebesar Rp150.000 per bulan, mayoritas pedagang tetap bisa bertahan, meski omzet makin turun sejak pandemi dan kabar relokasi muncul. Mereka masih bertahan karena yakin pasar ini punya nilai—bukan hanya ekonomi, tapi juga sejarah dan komunitas.
“Dari zaman saya muda, Pasar Burung Barito ini tempat orang nyari burung, makanan hewan, kumpul, ngobrol. Masa harus hilang cuma karena taman? Pasar Burung Barito sudah mendunia,” Yuliyana menghela napas.
“Kami Nggak Lawan Pemerintah, Kami Cuma Mau Didengar”
Satu permintaan sederhana dari para pedagang Barito kini menggantung di udara kota: temui kami, Pak Gubernur. Jangan biarkan proyek ruang hijau meninggalkan luka sosial. Jangan biarkan pembangunan mengorbankan mereka yang tak bersuara di ruang kekuasaan.
Mereka bukan menolak taman, mereka menolak dilupakan. (rpi/nba)
Load more