Pedagang Pasar Hewan Barito Duga Proyek Revitalisasi 3 Taman Jadi 1 Bermuatan Politis: Taman Bendera Pusaka untuk Megawati?
- Rika Pangesti/tvOnenews
Meskipun Fatmawati adalah tokoh nasional yang berjasa besar, waktu dan tempat pembangunan patungnya menimbulkan pertanyaan, kenapa sekarang, dan kenapa di sini?
"Apa ini bukan proyek publik lagi? Jangan sampai kami dikorbankan hanya demi estetika dan simbol politik," tegas Yuliyana.
Isu ini tidak muncul dari angin lalu. Dalam sosialisasi yang digelar pada 18 Juli oleh perwakilan dari Suku Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM), pedagang mulai mempertanyakan urgensi relokasi mereka.
Terutama ketika lokasi pengganti di Lenteng Agung masih berupa tanah kosong dan tidak siap digunakan. Sementara mereka sudah diminta angkat kaki sejak 3 Agustus.
Relokasi Tanpa Kepastian, Pembangunan yang Dipaksakan?
Menurut para pedagang, hingga pertengahan Agustus ini, lokasi pengganti belum layak pakai.
Bahkan tempat alternatif dinilai tidak sesuai karena berada di lantai atas gedung—tidak ramah untuk membawa karung pakan hewan hingga 25 kg, belum lagi tekanan terhadap hewan-hewan yang mudah stres.
"Tempatnya belum jadi, sosialisasi dadakan, dan kita diminta pindah. Tapi taman itu mau dibangun patung Fatmawati. Jujur ya, itu bikin kami bertanya-tanya. ini proyek siapa?" kata salah satu pedagang lainnya yang enggan disebutkan namanya.
Ketika relokasi tidak memberi jaminan tempat yang layak, tetapi pembangunan taman berjalan dengan cepat—bahkan sudah ada peletakan batu pertama pada 8 Agustus—keraguan soal motif politis proyek ini makin menguat.
Terlebih, acara seremoni ground breaking atau peletakan batu pertama itu dihadiri langsung oleh Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Bukannya dihadiri oleh pejabat terkait.
Bukan Penolakan Ruang Hijau, Tapi Ketidakadilan Sosial
- Rika Pangesti/tvOnenews
Para pedagang menegaskan, mereka tidak anti pada ruang terbuka hijau. Tapi yang mereka tolak adalah relokasi yang terburu-buru dan tidak manusiawi.
Pasar Barito bukan sekadar tempat berdagang. Ia adalah denyut ekonomi mikro yang selama bertahun-tahun menjadi ruang hidup warga.
“Kalau taman buat umum, kenapa kami yang sudah lama di sini harus dikorbankan?” ujar Yuliyana.
Load more