Kasus Kematian Arya Daru Disebut Bunuh Diri, Pakar Mikro Ekspresi Soroti Gestur Pengumuman Motif Tewasnya Diplomat Muda
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Pakar Gestur dan Mikro Ekspresi, Monica Kumalasari menyoroti gestur polisi saat mengumumkan motif kematian diplomat muda Kemlu RI, Arya Daru Pangayunan (39).
Polda Metro Jaya sebelumnya mengumumkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan laboratorium forensik terkait misteri kematian Arya Daru Pangayunan.
Polisi menyebut tidak ada indikasi tindak pidana dan Arya Daru Pangayunan dinyatakan bunuh diri di kamar indekos di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.
Terkait hal ini, Monica menyoroti sisi emosional ditunjukkan pihak Kepolisian yang mencuri perhatian publik.
"Emosi yang kami kompilasi di sini, saya punya analisanya. Ini melihat kepada emosi sewaktu pada saat itu," kata Monica di program Apa Kabar Indonesia tvOne di Jakarta dikutip, Minggu (3/7/2025).
- tvOneNews
Â
Monica ditanya mengenai emosional saat pengungkapan hasil penyelidikan pada CCTV. Ia mengaku tidak ada bahan untuk diamati dirinya terkait hal tersebut.
"Justru yang menarik adalah ketika press conference, pak polisi menyampaikan kondisi seperti redaksi yang sudah disampaikan," tuturnya.
Pada saat polisi melaporkan motif kematian Arya Daru dinyatakan bunuh diri, Monica melihat ada kehati-hatian disampaikan Dirreskrimum Polda Metro Jaya.
"Ketika polisi menyampaikan hal tersebut, maka ada helaan napas. Saya justru tertarik karena penyidik ini mewakili sesuatu yang berhubungan dengan stakeholders di sana," jelasnya.
Pakar ekspresi tersebut coba menganalisa kondisi ekpresi saat penyampaian laporan dipicu adanya anger expression atau ekspresi angger.
- tvOnenews.com/Rika Pangesti
Â
Ekspresi angger merupakan cara seseorang menampikkan kondisi perasaannya yang sedang marah, baik secara verbal maupun non-verbal.
Jika mengacu pada ungkapan formal, terlihat menampikkan adanya ketidaksetujuan dengan cara yang sopan dan hati-hati.
"Ketika menghela napas saat menyampaikan pernyataan kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain. Ekspresi sewaktunya adalah angger," jelasnya.
Kemudian, Monica juga menganalisa ekspresi Puslabfor Bareskrim Polri yang melaporkan hasil pemeriksaan toksikologi korban.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, sampel organ tubuh Arya Daru terindikasi adanya kandungan obat paracetamol dan chlorpheniramine.
"Ketika menyatakan pada hasil autopsi, ini juga ada angger," tambahnya.
Monica pun menjelaskan terkait emosi sewaktu diperlihatkan pihak Kepolisian dengan coba menggunakan kuadran polar area.
Ia memaparkan kuadran polar area adalah emosi sewaktu yang dilihat dari konteks mengenai apakah sesuatu tersebut obstruktif atau konstruktif.
Ia membagikan analisanya terkait emosi sewaktu tersebut apakah ada high control atau low control.
"Jadi, kalau konstruktif dan high control, bisa jadi ini merupakan gestur politis atau defensif. Ini menyembunyikan sesuatu. Nah yang bersangkutan, ada obstruktif dan low control," paparnya.
Ia menyebut ada tekanan ketika menyampaikan laporan hasil berbasis scientific crime investigation yang berlangsung selama tiga minggu.
"Jadi, untuk menyampaikan hal ini tidak mudah. Karena low control, artinya disampaikan secara jujur dan mengandung beban emosional yang tinggi," tegas Monica.
Sebelumnya, Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra menyampaikan kesimpulan motif kematian korban atas hasil penyelidikan pengumpulan barang bukti.
Wira melanjutkan tim penyelidik juga telah mendapat keterangan informasi dari 24 saksi dan hasil rekonstruksi di tempat kejadian perkara (TKP).
"Kami menyimpulkan dari hasil penyelidikan dilakukan kami, bahwa kami tidak menemukan adanya peristiwa tindak pidana," tukas Wira.
(hap)
Load more