Keheranan Bahlil soal Impor BBM dari Singapura: Adu Ampun...
- Abdul Gani Siregar/tvOnenews.com
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadia, mengaku heran dan tak habis pikir negara sebesar Indonesia bisa sangat bergantung impor BBM dari negara sekecil Singapura.
Bahkan, Bahlil katakan, Singapura yang luasnya hanya beda tipis dengan Jakarta ini bisa menjadi pemasok BBM impor yang sangat dominan ke Indonesia.
Di sisi lain, ada sebagian BBM yang diolah di Negeri Jiran itu, sebenarnya juga berasal dari sumur minyak di Indonesia.
"Masa kita impor dari negara yang nggak ada minyaknya itu bagaimana sih? Dulu negara tetangga, dia (Singapura) urus air. Sekarang kita dikasih minyak? Aduh ampun," ujar Bahlil saat berpidato di acara Energi dan Mineral Forum 2025 di Jakarta yang juga disiarkan secara live, dikutip pada Sabtu (31/5/2025).
"Kita impor minyak, BBM, dari negara yang enggak ada minyaknya. Kan lucu di dunia ini," ucap Bahlil mengulangi ucapannya dengan nada heran.
Ketum Golkar ini pun curiga, bahwa selama ini ada skenario yang diatur dengan sengaja (by design) oleh pejabat hingga pengusaha nakal supaya negara ini sangat bergantung pada impor BBM.
“Bapak, Ibu semua, saya jujur mengatakan, demi Allah, menurut saya ini ada unsur kesengajaan, by design,” beber Bahlil.
Sebelumnya diberitakan, Bahlil Lahadalia, juga membeberkan ada yang tidak masuk akal dengan harga kontrak impor BBM Singapura. Di mana harga dari trader di Singapura lebih mahal daripada bila Pertamina membeli dari negara Timur Tengah.
Bahkan, ia berpikir, kenapa tidak dari dulu Pertamina membeli lebih banyak minyak dari negara-negara Teluk, sehingga pemerintah bisa menghemat devisa serta menekan beban subsidi BBM.
“Setelah saya cek, kok harganya sama dibandingkan dengan dari negara Middle East. Ya, kalau begitu kita mulai berpikir, kita akan mengambil minyak dari negara lain yang bukan dari negara itu (impor BBM Singapura),” kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM.
Meskipun Singapura bukan negara penghasil minyak mentah, namun kilang-kilang di sana dimiliki perusahaan-perusahaan minyak multinasional.
Load more