Abrasi Hantam Pesisir Jawa, Rumah dan Empang Warga di Tangerang Berubah Jadi Perairan
- Istimewa
Abrasi di pesisir Tangerang ternyata sudah lama terjadi. Pemerintah Kabupaten Tangerang mencatat sejak 1995-2015, lebih kurang 579 hektare lahan alias tanah daratan hilang akibat abrasi.
Banyak faktor yang mengakibatkan abrasi, di antaranya pembukaan lahan hutan mangrove untuk dijadikan tambak.
Padahal, di era 80-90an salah satu desa di pesisir Kabupaten Tangerang yakni Desa Marga Mulya terdapat lahan pertanian semangka.
Buahnya manis, berkualitas dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun akibat abrasi, lahan tersebut kini sudah hilang tertutup air.
Problem telah mencapai tahapan kritis, jika tidak cepat ditanggulangi, 50 juta jiwa yang tinggal di Pulau Jawa jadi korbannya.
Dampak ekonominya lebih parah lagi, estimasi mencapai Rp2,1 triliun dan akan terus meningkat hingga Rp10 triliun dalam 10 tahun ke depan, menurut data yang diterbitkan Kemenko Bidang Perekonomian 2024.
Ancaman Banjir Rob
- Istimewa
Sikap waspada kini tengah dirasakan warga, apalagi setelah adanya peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) soal ancaman terjadinya banjir pesisir (rob) yang akan melanda wilayah pesisir hingga akhir Januari 2025.
BMKG memprediksi air laut akan menggenangi sejumlah kawasan pesisir di Pulau Jawa.
"Wilayah pesisir utara DKI Jakarta diimbau agar dapat mengantisipasi dampak pasang maksimum air laut yang berpotensi terjadinya banjir pesisir," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji.
Bukan cuma Jakarta, potensi banjir rob juga mengancam wilayah pesisir pantai utara (pantura) Kabupaten Tangerang hingga akhir Januari 2025.
"Menurut prediksi BMKG, masih wilayah pesisir utara yang rawan terhadap banjir di musim penghujan 2025 ini," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang.
Masyarakat, khususnya warga pesisir, diminta untuk terus bersiaga dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.(muu)
Load more