Jakarta, tvOnenews.com - Pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PBNU Najih Arromadloni merespons perihal Imam Besar Masjid Istiqlal mencium kepala Paus Fransiskus yang menjadi sorotan belakangan ini.
Gus Najih justru mengapresiasi langkah simbolik yang dilakukan Imam Besar Masjid Istiqlal dalam menunjukkan persahabatan dengan Paus Fransiskus.
Menurutnya, tindakan ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi justru mencerminkan esensi Islam sebagai agama perdamaian.
“Apa yang dilakukan oleh Imam besar Istiqlal dan Paus sesungguhnya adalah suatu hal yang sangat bermakna, sangat simbolik dan sama sekali tidak melanggar ajaran Islam,” kata dia dalam keterangannya, Kamis (12/9/2024).
Dia juga menilai kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi kontranarasi tegas terhadap radikalisme dan ekstremisme.
“Menjadi bantahan nyata terhadap narasi-narasi ekstremisme yang mencoba memecah belah persatuan bangsa,” jelasnya.
Kehadiran pemimpin tertinggi umat Katolik di tanah air ini dipandang sebagai langkah konkret dalam memperkuat persaudaraan dan kerukunan antara umat beragama, terutama Islam dan Katolik.
Gus Najih menekankan kunjungan ini bukan hanya sebuah simbol, tetapi harus dimaknai sebagai momentum rekonsiliasi di tengah tantangan ekstremisme yang pernah memicu konflik berbasis agama di Indonesia.
“Kunjungan ini harus kita maknai sebagai upaya untuk memperkuat kerukunan, memperkuat perdamaian, dan juga upaya untuk memperkuat rekonsiliasi," ungkapnya.
Dia menambahkan kunjungan ini membawa pesan kuat bahwa agama harus menjadi sumber solusi, bukan pemicu konflik.
Dirinya membeberkan semoga keteladanan para pemuka agama seperti Paus Fransiskus dan tokoh-tokoh agama di Indonesia bisa menginspirasi masyarakat hingga ke tingkat akar rumput, demi menciptakan kerukunan yang lebih nyata di masyarakat.
Paus Fransiskus juga dipuji karena menghadirkan contoh kepemimpinan yang inklusif dan penuh kasih sayang.
Gus Najih berharap upaya-upaya perdamaian ini dapat terus diperkuat di tingkat internasional, sekaligus menjadi bantahan nyata terhadap narasi-narasi radikal yang mengancam perdamaian dunia.
“Indonesia juga harus tetap ingat akan pentingnya memperjuangkan keadilan global, termasuk dalam isu Palestina, sebagai bagian dari komitmen kemanusiaan yang mendasar,” tuturnya.(ant/lkf)
Load more