“Tidak jauh lokasinya dari Sungai Mekong, yaitu Provinsi Bokeo. Mereka bekerja di apartemen sekaligus tempat mereka tinggal. Mereka baru menyadari mekanisme kerjanya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Mereka disuruh bekerja di depan komputer dan dibagikan HP untuk bekerja. Tak lain adalah menjadi scammer,” ungkapnya.
Kemala mengatakan adiknya itu menerima arahan dari atasannya untuk mencari nasabah dan bekerja sama.
Akan tetapi, mereka ini masih mulai pendekatan dulu belum untuk langsung bekerja sama karena proyek yang mereka jalani baru mulai di akhir bulan Agustus nanti.
“Tetapi sebelum proyek yang mereka mau jalani ini sudah mulai tercium oleh polisi setempat sehingga ada penggerebekan di tanggal 26 Agustus 2024. Sebelumnya, sudah ada isu penggerebekan di apartemen sebelah mereka yang digerebek dan sebagian orang dipindahkan ke Myanmar,” ujar dia.
“Setelah informasi itu mereka berencana melarikan diri tetapi tidak bisa karena paspor ditahan dan mereka dikunci di dalam apartemen tidak bisa ke mana-mana sampai penggerebekan di apartemen mereka terjadi di siang hari,” lanjut dia.
Setelah penggerebekan, kata dia, mereka pasrah untuk diangkut akan tetapi tidak diangkut melainkan mereka diperintah untuk tetap diam di kamar masing-masing.
Tidak lama kemudian mereka mendengar isu lagi bahwasanya mereka akan mau diberangkatkan ke Thailand atau ke Myanmar sekitar jam 11 malam. Mereka mulai bergerak untuk melarikan diri sekitar ada 21 orang.
Load more