Selain itu, kata Bambang, Hasyim juga sering mengkritik Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin secara keras. Dia menduga PBNU saat ini punya motif lain.
"Dulu Pak Hasyim betapa kerasnya kritiknya kepada Cak Imin ketika Cak Imin dari PKB, Pak Hasyim dari PBNU itu bagaimana dulu kritiknya kepada Cak Imin dan PKB sangat keras sekali tapi nggak bentuk tim-tim begini. Kalau yang sekarang mungkin motifnya sudah beda dengan ketika Pak Hasyim menjadi Ketua PBNU," tuturnya.
Lanjutnya menjelaskan, hasil muktamar merekomendasikan Cak Imin maju sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024. Saat itu, kata Bambang, PBNU juga sudah memiliki calon yang dijagokan untuk Pilpres.
"Jadi Cak Imin itu hasil Muktamar Bali mengamalkan untuk jadi capres atau cawapres, kemudian itu dijalankan, dan diikhtiarkan. Kemudian di saat yang bersamaan PBNU juga sudah mengadang-gadang, punya calon katakan begitu, yang dulu waktu kampanye ingin jadi cawapres yang tiba-tiba jadi ketua 1 abad NU yang tiba-tiba juga diberi anggota kehormatan Banser, itu kan dulu dalam rangka untuk memperkenalkan sebagai cawapres, berartikan sudah ada yang dijagokan. Dulu awal-awalnya begitu," bebernya.
Sebelumnya diberitakan, Gus Ipul menyampaikan, bahwa tidak ada komunikasi antara PKB dengan PBNU terkait capres-cawapres dalam Pilpres 2024 di PBNU, Rabu (7/8). Padahal, kata Gus Ipul, keputusan tersebut adalah hal penting.
"Sama sekali nggak ada, nggak ada. Padahal kita udah minta konsultasi. Kita minta lah ini. Ini masa keputusan yang strategis untuk bangsa ini. Bicaralah dengan PBNU. Nggak mau dia," kata Gus Ipul kepada wartawan.
"Malah apalah, nggak penting PBNU, yang penting warga. Nggak penting. Padahal yang didirikan PKB itu adalah struktural PBNU," tambahnya.
Load more