Menurut dia, perdebatan saat itu karena dirinya yang pro dengan kebijakan Sri Mulyani. Sementara, Rizal anti dengan Sri Mulyani terkait kebijakan yang dianggap punya paham neolib.
Rocky ketika itu melempar argumen bahwa tak mungkin ada neolib dalam negara yang punya pengalaman politik panjang perjuangan kemerdekaan seperti Indonesia.
"Jadi, neolib itu ada dalam buku saya bilang. Tapi dalam praktiknya gak mungkin Sri Mulyani neolib. Dan, pada waktu itu SBY adalah presiden," tandasnya.
Rizal Ramli.
Rocky juga memuji sosok Rizal Ramli bukan hanya memiliki pengetahuan ekonomi, tetapi juga paham tentang ilmu sosial, seni, dan musik.
"Bahkan dia ngerti musik, ngerti lukisan, ngerti kebudayaan itu. Jadi, ini khas seorang mahasiswa yang tajam berpikir, karena itu dia harus punya perspektif panjang, itu yang memungkinkan kita mengingat Rizal Ramli," ujarnya.
Lanjut Rocky Gerung mengaku bahwa mengenal sosok Rizal Ramli sebelum era reformasi hanya sekedar konsultan ekonomi.
Saat itu kata Rocky, Rizal sedang berupaya membangun perusahaannya yang bernama Econit.
"Lalu, kemudian Rizal makin lama makin masuk dalam politik. Lalu terjadi Reformasi. Masuk dalam grup Gus Dur. Dan, seterusnya," ucapnya.
Load more