Akhir Hidup Kapten Westerling Usai Membantai di Sulawesi Selatan, Tersisih dan Dianggap Aib di Negerinya
- Istimewa
"Mereka dibantai oleh KNIL. Mereka ditembaki hingga menjelang jam 12 siang. Westerling menggunakan mobil Jeep Willys yang tidak tertutup itu. Kami sudah kelaparan dan kehausan, anak-anak menangis dan berteriak" ujar Karim.
Pelarian Westerling
Usai tragedi di Sulawesi Selatan itu, pada 16 November 1948, Westerling diberhentikan dari jabatannya dan juga dari dinas kemiliteran.
Namun petualangan sang Kapten belum berakhir, ia sempat terlibat dalam tragedi pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Lalu kemudian menjadi buronan paling dicari oleh Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS).
Namun dengan bantuan militer Belanda, Westerling berhasil kabur meninggalkan Indonesia, diterbangkan menuju Singapura menggunakan pesawat Catalina.
Pada 26 Februari 1950, Westerling ditangkap oleh polisi Inggris di Chia Piet Kay, kemudian dijebloskan ke penjara Changi Singapura.
Pemerintah RIS mengajukan permintaan kepada otoritas di Singapura agar Westerling diekstradisi ke Indonesia.
Namun dalam sidang Pengadilan Tinggi di Singapura Pada 15 Agustus 1950, memutuskan, bahwa Westerling sebagai warga negara Belanda tidak dapat diekstradisi ke Indonesia.
Westerling memimpin parade pada perayaan ulang tahun Ratu Juliana di Batavia. (Dok.Wikipedia)
Pada 21 Agustus, Westerling meninggalkan Singapura sebagai orang bebas dengan menumpang pesawat Australia Quantas dan ditemani oleh Konsul Jenderal Belanda untuk Singapura, Mr. R. van der Gaag, seorang pendukung Westerling.
Akhir Hidup Kapten Westerling
Awal musim panas pada Juni 1970 mulai menghangati kota Amsterdam Belanda, pria tua itu tetap melanjutkan kehidupannya seperti biasa. Tubuhnya masih kekar dan berotot, diusianya yang ke 51 tahun.
Pria itu adalah Kapten Raymond Pierre Paul Westerling, atau Kapten Westerling, sosok yang "melegenda" sebagai pembunuh 40 ribu jiwa di Sulawesi Selatan, ia menghabiskan sisa hidupnya di kota Amsterdam.
“Di sini saya tersisih dan dianggap aib yang memalukan orang Belanda.” kata Westerling dengan nada sedih kepada Salim Said, jurnalis senior yang juga sejarawan sekaligus saksi sejarah pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan.
Salim Said menuturkan, tidak terlalu mudah bisa menemukan kontak Westerling. Pada umumnya orang Belanda yang mungkin mengetahui alamatnya menghindar untuk berbagi dengan berbagai macam alasan.
Load more