Jakarta, tvOnenews.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyebut warganya yang yang disandera telah dilecehkan oleh Hamas.
Ia mengutuk organisasi hak asasi manusia internasional, kelompok perempuan, dan PBB.
Dalam akun X atau Twitter, Netanyahu mengatakan bahwa telah terjadi pemerkosaan terhadap wanita Israel yang menjadi sandera.
"Saya berkata kepada organisasi-organisasi hak asasi perempuan, kepada organisasi-organisasi hak asasi manusia: Anda pernah mendengar tentang pemerkosaan terhadap perempuan Israel, kekejaman yang mengerikan, mutilasi seksual, di manakah Anda," tulisnya dikutip dari NDTV pada Kamis (7/12/2023).
“Saya berharap semua pemimpin, pemerintah, dan negara beradab untuk bersuara menentang kekejaman ini,” lanjutnya.
Hal tersebut diungkap olehnya saat konferensi pers di Tel Aviv bersama Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Benny Gantz.
Ia menyebut telah bertemu dengan sandera yang telah dibebaskan oleh Hamas.
“Saya mendengar cerita pelecehan yang memilukan,” katanya.
“Saya mendengar, seperti yang Anda dengar tentang pelecehan seksual dan kasus pemerkosaan kejam yang belum pernah terjadi sebelumnya," sambung Netanyahu.
Ia mengatakan tidak pernah mendengar kelompok perempuan dan hak asasi manusia bersuara akan hal tersebut.
"Apakah kamu diam karena itu perempuan Yahudi?" tanyanya.
Menanggapi hal itu, kelompok Hamas membantah tuduhan yang dilontarkan oleh PM Israel itu.
Hamas mengatakan bahwa tuduhan itu sengaja dilakukan untuk memutasbalikkan perlakuan Israel terhadap para sandera Palestina.
“Kami menolak kebohongan Israel mengenai pemerkosaan, yang bertujuan untuk memutarbalikkan perlawanan dan menodai perlakuan manusiawi dan moral terhadap para sandera,” kata Hamas.
Hamas Ancam Tak Akan Bebaskan Tentara Israel
Kelompok pejuang Palestina, Hamas, menyatakan tidak akan membebaskan tentara dan mantan tentara Israel jika perang di Jalur Gaza tak berakhir.
“Tidak ada negosiasi yang berlangsung mengenai hal ini sampai perang di Jalur Gaza benar-benar berhenti,” kata wakil kepala biro politik Hamas, Saleh Al-Arouri, dalam pernyataan melalui Telegram, Sabtu (2/12).
Hamas secara konsisten menyatakan kesiapannya untuk membebaskan warga negara asing yang disandera tanpa menuntut pertukaran dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Al-Arouri juga menekankan bahwa Hamas menjamin bahwa anak-anak dan perempuan Israel yang disandera tidak akan dianiaya dan akan dibebaskan.
Sebelumnya, pada Jumat (1/12), Israel melanjutkan serangannya ke Gaza setelah mengumumkan berakhirnya jeda kemanusiaan yang berlangsung selama sepekan.
Israel juga melarang truk-truk pembawa bantuan memasuki Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah di Mesir.
Hamas menganggap Israel bertanggung jawab atas tidak diperpanjangnya jeda kemanusiaan di Gaza, karena tidak menyambut secara positif tawaran yang diberikan oleh para mediator.
“Penjajah Israel terus mengulangi klaim palsunya mengenai pembenaran untuk melanjutkan perang agresif terhadap rakyat kami,” kata anggota biro politik Hamas Izzat Al-Rishq.
Menurut Al-Rishq, Israel menyebarkan narasi tak berdasar, termasuk tuduhan peluncuran rudal dari Jalur Gaza dan klaim tak berdasar lainnya.
Dia mencatat bahwa narasi pendudukan mirip Nazi karena melanggar perjanjian jeda bertujuan untuk menutupi niat jahat Israel untuk melanjutkan serangan brutal terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Sedikitnya 193 warga Palestina tewas dan 652 orang terluka akibat serangan udara Israel sejak Jumat, menurut data kementerian kesehatan Gaza.
Load more