Warisan Sumpah Pemuda, Merawat dan Memuliakan Bahasa Indonesia!
- Antara
Â
Menunaikan sumpah
Setiap generasi secara tradisi telah meninggalkan warisan. Pemuda pada era 1928 yang dipelopori Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dengan beberapa tokoh seperti Soegondo Djojopoespito, Muhammad Yamin, dan Poernomowoelan, serta Sarmidi Mangoensarkoro telah mengikat kebinekaan kita dalam ikrar satu Tanah Air, bangsa, dan bahasa.
Sebagai generasi pewaris sumpah itu, kita dapat menunaikannya dalam berbagai perilaku yang mendukung janji persatuan tersebut. Seperti saat ini yang menjelang perhelatan pesta demokrasi, para generasi muda hendaknya memelopori untuk menebarkan narasi damai dalam perbedaan pilihan politik.
Sumpah Pemuda mengajarkan kita bagaimana menjadikan perbedaan justru sebagai sesuatu kekuatan. Dengan kematangan berdemokrasi dan kedewasaan berpolitik, gunakanlah pilihan diksi yang membuat damai, pilihlah ragam kata yang menyejukkan suasana.
Mereka yang menyebarkan bahasa kebohongan (hoaks) untuk tujuan menciptakan permusuhan dan memecah-belah bangsa, sungguh itu perbuatan yang tidak bermoral. Karena pemuda tempo dulu telah bersusah payah menyatukan kita semua, sementara hanya demi keuntungan politik sesaat kalian tega mengorbankan persatuan bangsa.
Ikrar persatuan Muhammad Yamin dan kawan-kawan telah diwariskan kepada kita hingga saat ini. Kini, giliran kita mempersiapkan warisan bagi generasi mendatang. Ciptakanlah sesuatu yang menyatukan kita semua. Tentu saja sesuatu yang bernilai, sebuah karya fenomenal yang bakal menjadi sejarah di kemudian zaman.
Zaman globalisasi memang mensyaratkan warga dunia memiliki kecakapan berbahasa asing, yang tidak boleh lupa adalah para WNI tetap memuliakan bahasa Indonesia sebagai identitas dan jati diri bangsa.(ant/bwo)
Load more