Mengenang Kapten Pierre Tendean, Pahlawan Revolusi yang Gugur di Hari Ulang Tahun Ibunya
- Dok. Wikipedia - IG @pierresangpatriot
Pada pukul 12.00, pertama kali berhasil dinaikkan jenazah Lettu. Pierre Tendean, Ajudan Jenderal Nasution. Pada jam 13.40 menyusul jenazah Mayor Jenderal Suprapto dan Mayor Jenderal S. Parman.
Pada jam 13 .50, jenazah Letjen. Ahmad Yani yang diikat menjadi satu dengan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, serta jenazah Mayor Jenderal Haryono MT. Dan akhirnya, pada jam 14.10 berhasil diangkat jenazah Brigadir Jenderal DJ. Panjaitan.
Dari urut-urutan pengangkatan jenazah itu, Pierre Tendean merupakan perwira yang paling akhir dibunuh dan dilemparkan ke dalam sumur tua oleh kelompok G30S PKI.
Pada hari Angkatan Bersenjata, tanggal 5 Oktober 1965, rakyat Jakarta, sejak pagi telah berjejer-jejer sepanjang jalan, dari sudut timur Medan Merdeka sampai ke Kalibata, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada tujuh Pahlawan Revolusi itu.
Foto: Pemakaman pahlawan revolusi, 5 Oktober 1965 (Dok.Film Pengkhianatan G30S PKI)
Dalam kesempatan itu, Jenderal Nasution saat melepas pemberangkatan jenazah para pahlawan revolusi menyampaikan sebuah pidato yang sangat mengharukan:
" Rekan-rekan, adik-adik saya sekalian, saya sekarang sebagai yang tertua dalam TNI yang tinggal bersama lainnya akan meneruskan perjuangan kamu, membela kehormatan kamu.
Menghadaplah sebagai pahlawan, pahlawan dalam hati kami seluruh TNI. Sebagai pahlawan, menghadaplah kepada asal mula kita yang menciptakan kita, Allah Subhanahu wataala,
Karena akhirnya Dia-lah Panglima kita yang paling tertinggi. Dia-lah yang menentukan segala sesuatu, juga atas diri kita semua." kata Nasution. (buz)
Ikuti terus perkembangan berita terbaru lainnya melalui kanal YouTube tvOneNews:
Load more