Peneliti Ponpes Al Zaytun Skak Mat Panji Gumilang, Akhirnya Sang Dedengkot Ngaku Kalau Identitas Aslinya Ternyata…
- Kolase tvonenews
tvOnenews.com – Peneliti Ponpes Al Zaytun skak mat Panji Gumilang, akhirnya sang dedengkot mengaku kalau identitas aslinya ternyata…
Ajaran penuh kontroversi yang dituturkan oleh Panji Gumilang telah lama menuai sorotan peneliti Ponpes Al Zaytun, Taufik Hidayat.
Dilansir dari Program Catatan Demokrasi TvOne, Peneliti Ponpes Al Zaytun Taufik Hidayat blak-blakan menyebut bahwa sang dedengkot bukan orang sakti.
Pasalnya, ia pernah melakukan wawancara selama lima jam dengan Panji.
“Yang perlu kita pahami, Ponpes Al Zaytun itu merupakan pusat camp konsentrasi kalau ada MUI dan Kemenag datang ke sana investigasi itu hal yang gak mungkin. Tapi satu hal saya menantang Panji Gumilang, jadi Anda ini lupa ya pernah saya wawancarai lima jam lebih,” ungkap Taufik Hidayat.
Taufik Hidayat/ Panji Gumilang (sumber: kolase tvOnenews)
Kala itu, ia bisa membuat dedengkot Al Zaytun tak berkutik. Panji bahkan mengakui identitas yakni sebagai pendiri NII KW9, Abu Totok.
“Saat itu kami kejar betulkah Anda Abu Totok? Akhirnya dia ngaku juga karena saya bilang Syekh Anda asli Anyar ya Dukun Gresik, saya udah ketemu dengan adik dan ibunya Panji Gumilang,” kata Taufik.
Lebih lanjut, Taufik menuturkan bahwa Panji Gumilang pada kenyataannya bukanlah orang sakti. Hanya kitalah yang lemah menghadapinya.
“Jadi mohon maaf aja kalau dibilang sakti juga apanya yang sakti kita hanya terlalu lemah ngadepin dia. Waktu itu dalam hal itu, saya ingin orang-orang yang mendukung Al Zaytun terutama Hendropriyono Kepala BIN harus diperiksa,” sambungnya.
Peneliti Ponpes Al Zaytun itu juga mengatakan bahwa buku karyanya sempat dicap Panji sebagai “buku iblis” karena membahwas tragedy di dalam pondok pesantren.
“Hasil penelitan kami yang menjadi buku dan sebagainya itu dibilang buku iblis, kita diancam. Isinya tentang kesesatan Al Zaytun tapi konteksnya Al Zaytun adalah bentuk kemegahan tapi dibaliknya tragedi kemanusiaan yang luar biasa,” pungkas Taufik Hidayat.
Ia menjelaskan bahwa di balik kemegahannya, pekerja Al Zaytun justru hidup dalam kemiskinan.
Load more