Jakarta, tvOnenews.com - Lempar jumrah pakai duit, cara naik haji pengikut pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang nyeleneh.
Cara naik haji nyeleneh ini terang-terangan dibongkar oleh mantan pengurus ponpes Al Zaytun, yaitu Ken Setiawan.
“Ada juga istilah melempar jumrah. Kalau di Makkah kan menggunakan kerikil,” ujar Ken, Kamis (22/6/2023).
Ken mengatakan lempar jumrah di Al Zaytun bukan menggunakan kerikil, tapi bahan bangunan dalam bentuk uang.
“Jika di Makkah umumnya melempar jumrah adalah melempar dengan kerikil, di ponpes Al Zaytun para jemaah diminta untuk melempar “semen” dalam bentuk uang. Jadi setiap orang yang datang ke sana dari rombongan wilayah mana nanti di akhir sesi sambutan Syekh Panji Gumilang, ini ada ritual melempar jumrah. Misalnya dari Jakarta ada Rp1 miliar. Ini melempar jumrah tidak pakai kerikil tapi dulu minimal dengan tujuh sak semen dalam bentuk duit,” jelasnya.
Lempar jumrah pakai duit, cara naik haji pengikut pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang nyeleneh. Dok: Istimewa
Adapun cara naik haji pengikut pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang lainnya yang tidak sesuai aturan adalah naik haji cukup pergi ke pondok pesantren (ponpes) saja.
Ken mengatakan cara naik haji pengikut pimpinan Al Zaytun tidak perlu pergi ke Makkah, tapi cukup dengan pergi ke ponpes pada 1 Muharram.
“Ibadah haji tidak perlu ke Makkah. Ibadah haji cukup datang ke Al Zaytun setiap satu tahun sekali pada 1 Muharram,” kata dia melalui Program Catatan Demokrasi tvOne pada Kamis (22/6/2023).
Ken mengungkapkan di tanggal 1 Muharram semua korwil ponpes Al Zaytun datang sehingga suasananya menjadi ramai. Dia menyebut korwil dan para santri tersebut melakukan haji.
Lempar jumrah pakai duit, cara naik haji pengikut pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang nyeleneh. Dok: Istimewa
“Tanggal 1 Muharram diartikan sebagai perkumpulan para pejabat dan seluruh korwil. Dulu bahasa kita itu korwil dan itu datang melakukan haji di sana. Jadi kalau 1 Muharram datang ke Al Zaytun pasti ramai,” ungkapnya.
Ken menyebut “ritual” haji di Al Zaytun bukan mengelilingi Kabah, tapi mengelilingi ponpes Al Zaytun.
“Di dalam itu sekitar 250 ribu jemaah hadir semua. Masing-masing korwil juga melakukan ibadah haji. Keliling tawaf misalnya. Kita bukan keliling Kabah tapi keliling pesantren yang luasnya 1.200 hektare,” ujarnya.
“Kita bertakbir Allahu Akbar bahwa inilah Islam, ini besar, mewah, megah, lengkap fasilitasnya. Jadi tawaf itu mengakbarkan Al Zaytun dengan segala kelengkapan fasilitasnya. Saya rasa semua orang yang ke sana mengucap, ‘Subhanallah! Besar sekali. Luas sekali’,” pungkasnya. (rka/nsi)
Load more