Dalam proses identifikasi jenazah korban bencana erupsi gunung Merapi, dibutuhkan kerja yang cepat dan tepat. Dokter Hastry mengaku tidak semua korban dapat teridentifikasi dengan jelas.
Ia dan tim dokkes hanya dapat mengidentifikasi menggunakan visual dan gigi, untuk mempercepat proses identifikasi dari banyaknya korban dalam bencana tersebut.
“Sebenarnya ya proses identifikasi yang cepat dan banyak digunakan visual, sama gigi paling. Karena kita juga bingung nih, keluarganya kan di pengungsian. Menanyakan tentang gigi kan, tim sudah disana,” ungkap dr Sumy Hastry.
Tak hanya mbah Maridjan saja yang menjadi korban dalam bencana tersebut, anggota tim Basarnas yang membantu evakuasi ternyata ada yang menjadi korban tewas.
“Sebenernya tim yang mencari Antemortem yang di TKP juga pakai APD. Basarnas juga tim yang membantu evakuasi juga ada yang jadi korban kan. Saya juga mengenali dari bajunya,” jelas wanita yang kerap disapa Mami Hastry.
Kemudian, Denny Darko mencoba bertanya tentang keberadaan serta alasan tim Basarnas tersebut hingga menjadi korban.
Mami Hastry mengenali korban tersebut karena memakai baju berwarna oranye, sedangkan wajahnya juga masih dapat dikenali dan tidak tertutup oleh abu panas.
“Setelah itu, ada hembusan masih ada sisa-sisa panas. Taunya kita lapor, ‘kok ini ada korban dari Basarnas?’ karena dari baju oranye-nya. Ternyata (wajah) masih bisa dilihat tidak tertutup abu panas,” ujarnya
Sementara korban lainnya, sebagian besar mengalami luka bakar akibat tidak dapat menghindari sapuan awan panas.
Banyak korban yang tidak sempat lari menyelamatkan diri, bahkan yang sudah berusaha lari pun masih terkena awan panas.
Load more