Dr Sumy Hastry Ungkap Detik-Detik Kematian Freddy Budiman, Ngaji dan Berdzikir Sebelum ‘Diikat di Tiang’, Ini Permintaan Terakhirnya…
- Kolase tvonenews
Wanita kelahiran 1970 itu juga harus memastikan bahwa terpidana mati dalam keadaan sehat. Pengecekan kondisi tubuh sebelum eksekusi adalah hal wajib.
“Biasanya sehari sebelumnya dilakukan pengecekan (kesehatan),” tutur dr Hastry.
Kemudian, tim dokter juga ditugaskan untuk menyiapkan kain kafan hingga peti untuk terpidana mati yang selesai dieksekusi.
“Setelah selesai, kita menyiapkan tempat. Setelah dieksekusi sudah disiapkan tempat untuk masing-masing dari meja, kain kafan,” jelas dr Sumy Hastry. “Ada yang minta dikafani atau peti, ada juga pakaian. Semua kita siapkan.”
Freddy Budiman Berdzikir Menjelang Eksekusi
Ada satu hal yang menjadi sorotan dalam eksekusi Freddy Budiman. Kisah ini diungkapkan langsung oleh Ahli Forensik dr Sumy Hastry.
Berdasarkan keterangannya, setiap terpidana mati dibebaskan untuk melakukan pendekatan secara agama dan kepercayaan yang dianut.
Freddy Budiman (sumber: kolase tvOnenews)
Apabila napi beragama Islam, maka ada ustaz yang mendampingi. Begitu juga dengan berbagai agama lainnya.
Dr Sumy Hastry lalu mengenang kembali sosok Freddy Budiman. Ternyata, menjelang waktu terakhirnya sang gembong narkoba sempat berdzikir. Ia juga merasa ikhlas bahwa kehidupannya akan berakhir dengan cara dieksekusi atau ditembak mati.
“Dari beberapa napi tuh ada yang benar-benar ikhlas, baik, dzikir, termasuk Freddy Budiman itu misalnya. Ada juga yang didampingi, dari kita selalu didampingi,” kenang dr Hastry.
Ya, Freddy ternyata salah satu terpidana mati yang berkelakuan baik.
“Ada juga yang tidak tenang, tidak kooperatif. Ya, paling saya lihat saja, terus Brimbob yang ini (menangani),” tandas dr Sumy Hastry.
Permintaan Terakhir Freddy Budiman Sebelum Dieksekusi
Menjelang masa terakhirnya, Freddy Budiman ternyata sempat menyampaikan sebuah permintaan.
Dilansir dari kanal Youtube Ngobrol Asix, Fikri Budiman, anak Freddy Budiman membeberkan kenangan terakhirnya bersama sang ayah.
Ia mengaku bangga dan sangat menyayangi sang ayah.
“Untuk saat ini bangga, karena dia satu-satunya manusia yang menurutku berani bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan dan dia rela kehilangan segala-galanya,” tutur Fikri Budiman.
Ia bahkan sempat salat dan mengaji bersama ketika mengunjungi sang ayah di Lapas Nusakambangan, beberapa hari sebelum eksekusi.
Load more