Lelaki Seks Lelaki Picu Peningkatan Penyakit Sifilis di Yogyakarta, Efek Domino LGBT...
- istimewa
Sementara itu, usia di bawah 50 tahun ada 5%. Kasus paling tinggi ditemukan pada kelompok usia 25-49 tahun mencapai 63%.
Imran melanjutkan terkait dengan kelompok populasinya, penderita sifilis paling banyak ditemukan pada laki-laki yang melakukan seks dengan laki-laki (LSL) sebesar 28%. Diikuti ibu hamil 27%, pasangan berisiko tinggi (risti) 9%.
Lalu, Wanita Pekerja Seks (WPS) 9%, Pelanggan Pekerja Seks (PPS) 4%, Injection Drug Users (IDUs) 0,15%, waria 3%, dan lain-lain 20%.
Dia menjelaskan beberapa penyebab dari banyak kasus sifilis tersebut berhubungan erat dengan perilaku masyarakat yang gemar berhubungan seks secara berisiko tanpa menggunakan kondom.
Selain itu, terdapat kelompok tertentu yang sering berganti pasangan ketika seks. Hingga, pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
LGBT dan Penyakit Seksual Menular
LGBT atau singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender, menjadi fenomena masyarakat yang terus merebak dan menjadi perdebatan serta memicu polemik. Jenis-jenis orientasi seksual dalam LGBT contohnya adalah homoseksual, biseksual, panseksual, aseksual dan lain-lain.
Sejak beberapa tahun lalu, kerap digelar forum kajian akademis guna mendalami dampak negatif fenomena LGBT ini.
Melalui sebuah seminar beberapa tahun lalu, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Dewi Inong Irana mengatakan pemerintah perlu mensosialisasikan mengenai bahaya perilaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
Sebab, banyak dari pelaku LGBT, khususnya perilaku lelaki seks dengan lelaki (LSL), beranggapan bahwa hal tersebut tidak berbahaya.
"Prilaku (LGBT) bukan hanya HIV / AIDS akibatnya. Infeksi menular, sarkoma kaposi, sifilis, gonore, kondiloma, IGNS, akuminata, ulkus mole, hepatitis B dan C, dan lainnya," kata Inong pada diskusi 'LGBT dari aspek Prilaku dan Propaganda'.
Ia mengatakan, perlu dibentuknya layanan masyarakat oleh pemerintah untuk menginformasikan berbagai bahaya dari perilaku tersebut. Tiap tahun penderita penyakit yang diakibatkan oleh perilaku LGBT semakin meningkat.
Perilaku tersebut, kata Inong, tidak sesuai dengan Pancasila, khususnya sila pertama dan sila kedua. Pancasila memang menjamin hak asasi, namun, perilaku tersebut tidak sesuai dengan Pancasila karena ada akibatnya.
"Kita tidak membenci orangnya, tapi perilaku seksualnya, sebab terbukti akibatnya, tidak sesuai dengan Pancasila terutama sila satu dan dua. Jadi ini perlu diumumkan oleh pemerintah Indonesia," tambahnya.
Load more