Histeria
- tim tvonenews.com
Moerdiono, Menteri Sekretaris Negara berbeda lagi seleranya. Ia merasa hanya musik dangdut-lah musik “asli” Indonesia dan bisa dijadikan alat mendefiniskan jati diri bangsa.
Saat polemik mengeras, saya jadi kangen dengan masa masa terbaik dalam hidup, ketika mengasup budaya pop dan melayu dari sebuah radio transistor jadul. Pada saat itu, apapun yang tengah saya kerjakan, menyelesaikan tugas dari orang tua ataupun tugas sekolah, harus selesai sebelum pukul 14:00 wib. Nyaris tak ada kompromi.
Setelah melaksanakan sholat ashar pada surau dekat rumah, saya akan berlari sekencang kencangnya untuk mendengarkan musik pop melayu dan atau dangdut yang diputar di Radio Galuh, stasiun radio favorit saya dan melegenda di Kota Tasik.
Saat itu group semacam Slam, Iklim atau Search asal Malaysia, atau penyanyi dangdut semacam Itje Trisnawati termasuk di dalamnya Rhoma Irama tentu saja, adalah pahlawan pahlawan masa muda saya.
Jasa terbesar Radio Galuh bagi saya adalah memberikan ingatan akan budaya pop melayu dan dangdut yang “berkeadilan”.
Saya, seorang anak kecil dari sebuah kota kecil merasa “egaliter” dan “setara” ketika mendengar musik pop yang tengah digandrungi banyak anak-anak muda di kota-kota lain. Kebudayaan pop lalu menjelma jadi “imajinasi kolektif” yang efektif menautkan banyak kalangan.
Budaya pop bisa jadi bagian menabung modal sosial untuk membangun solidaritas di masyarakat. Pasalnya, semua kalangan, sejak kaum jet set hingga rakyat jelata merasa memiliki ruang imajiner yang sama dan bisa diasup secara gratis.
Yang paling penting, radio melebatkan imajinasi di kepala saya.
Saya masih ingat dengan detil bagaimana pendongeng sunda legendaris Wa Kepoh seorang diri menghidupkan berbagai dialog: sejak suara bayi hingga perempuan tua; bahkan membangunkan imajinasi tentang suasana pagi di sebuah pedesaan, keriuhan sebuah pasar hingga angkernya sebuah hutan belantara.
![]()
Saya ingat, hingga SMP, saya bahkan merasa jagoan semacam Si Rawing yang didongengkan Wa Kepoh benar-benar ada.
Saya secara detil mencatat macam macam ajian sakti yang dimilikinya pada buku tulis kumal di sekolah. Saat bermain dengan kawan kawan di lapangan bola, tak jarang kami saling “menguji” kesaktian masing masing.
Load more