Bocah 13 Tahun Ini sudah jadi Ayah untuk 5 Orang Anak, Kok Bisa?
- Soha
tvOnenews.com - Kisah Ban Giang Long adalah potret menyayat hati tentang seorang anak yang terpaksa menjadi dewasa sebelum waktunya.
Dalam usia yang seharusnya dipenuhi tawa, mainan, dan pelajaran sekolah, ia justru harus mengisi peran sebagai kepala keluarga—memikul beban yang biasanya ditanggung orang dewasa.
Di saat sebagian besar anak seusianya mungkin sedang belajar matematika atau bermain sepak bola bersama teman, Ban Giang Long sudah memasak pagi-pagi buta, menggendong adik kecilnya ke ladang, dan memastikan keluarganya tidak kelaparan hari itu.
Bocah yang tinggal di Xishuangbanna, provinsi Yunnan, Cina itu menanggung beban yang tak hanya fisik tapi juga mental.
Ia tidak hanya menjadi "abang", tapi juga "ayah", "ibu", sekaligus pelindung satu-satunya.

- Soha
Peristiwa ini terjadi ketika ayah Ban Giang Long bermasalah dengan hukum, dan ibunya meninggalkan pedesaan untuk pergi ke kota untuk bekerja mencari nafkah.
Sejak saat itu, enam orang anaknya ditinggal sendirian di rumah kecil itu, dan Ban Giang Long - yang baru berusia 13 tahun - menjadi satu-satunya pencari nafkah bagi seluruh keluarga.
Sebagai anak tertua, ia terpaksa memikul semua tanggung jawab dalam keluarga. Dari makanan, pakaian, rumah, hingga kegiatan sehari-hari seluruh keluarga, semuanya diurus olehnya seorang diri.
Sebelum mencapai usia dewasa, dia harus mengalami kerasnya kehidupan dewasa, yang berkali-kali lipat lebih berat. Karena bagaimanapun juga, dia masih anak-anak.
Dalam sebuah wawancara, dilansir dari Soha.vn Ban Giang Long menceritakan bahwa setiap hari, ia harus bangun pukul 5 pagi untuk memasak nasi bagi saudara-saudaranya.
Setelah saudara-saudaranya bersekolah, ia kembali bekerja di ladang sambil menggendong adik bungsunya yang berusia 3 tahun di punggungnya karena tidak ada yang menjaganya.
Hanya dengan bekerja di ladang, seluruh keluarga dapat memiliki makanan untuk dimakan dan tidak kelaparan.
- Soha
Akan tetapi, meskipun telah berusaha sekuat tenaga, ada kalanya Ban Giang Long tetap tidak makan bersama saudara-saudaranya, karena ia takut tidak akan ada cukup makanan.
Baru ketika dia yakin sudah kenyang, dia diam-diam memakan sisanya. Kehidupan keras itu berlanjut seperti itu selama beberapa tahun. Bayangkan betapa sulitnya yang harus dilalui Ban Giang Long.
Beruntungnya, saudara-saudara Ban Giang Long semuanya sangat penurut - mereka semua menawarkan diri untuk membantunya dengan pekerjaan rumah, tanpa mengeluh.
Namun bagi Ban Giang Long, yang paling ia inginkan bukanlah memiliki seseorang untuk berbagi tugas, melainkan agar saudara-saudaranya dapat bersekolah, belajar, dan menulis seperti anak-anak lainnya.
Dia selalu berusaha menyembunyikan semua tekanan dalam hatinya, karena tidak ingin adik-adiknya menanggung semua kekhawatiran yang ditanggungnya.
Ketika ditanya wartawan seberapa sulit menjadi dirinya, Ban Giang Long pun memberikan jawaban.
"Ketika tidak ada seorang pun di sekitar, saya sering bersembunyi di bawah pohon... dan menangis dalam diam sendirian,"
Pukulan telak bagi siapa pun yang membacanya. Itu adalah jeritan sunyi dari anak kecil yang terlalu kuat untuk ukuran usianya, dan terlalu terluka untuk bisa menangis di depan orang lain.
Kisah ini bukan hanya mengharukan, tapi juga pengingat bagi kita semua tentang arti tanggung jawab, cinta keluarga, dan kekuatan anak-anak yang sering kali tak terlihat.
Load more