Mencermati Dampak Inflasi Tinggi di Amerika Serikat dan Dampak bagi Indonesia
- ANTARA/REUTERS/Mike Blake/File Photo
Ongkos jasa dan pengiriman pun meroket yang membuat perusahaan-perusahaan terpaksa membebankan harga lebih tinggi untuk barang yang sebenarnya sudah mahal bagi konsumen yang selama pandemi terpaksa berhemat karena aliran pendapatan tersendat atau bahkan terhenti.
Keadaan rumit ini praktis membuat harga-harga melambung sehingga inflasi tak terhindarkan. Dan ini sudah terjadi berbulan-bulan sejak ekonomi mulai menggeliat kembali.
Karena inflasi terus terjadi, The Fed bisa saja terpaksa menaikkan suku bunga pinjaman. Dan ini dipastikan diikuti bank sentral-bank sentral seluruh dunia karena posisi The Fed yang sudah menjadi "bank-nya bank sentral lain" di seluruh dunia.
Dan suku bunga yang tinggi jelas menyulitkan siapa pun karena membuat gairah usaha terhambat dan kegiatan ekonomi tidak se-ekspansif seperti diinginkan, justru ketika dunia usaha sudah ingin berlari cepat setelah dibuat lumpuh oleh pandemi.
Inflasi juga menjadi sentimen buruk di bursa saham, termasuk Wall Street yang merupakan benchmark dunia karena fluktuasi harga saham Wall Street mempengaruhi perekonomian global mengingat bursa ini telah menjadi hub perdagangan pasar keuangan global.
Yang pasti, Wall Street mempengaruhi langsung perekonomian AS, terutama sebagai patokan untuk tingkat kepercayaan konsumen dan referensi dalam mengambil keputusan investasi.
Contohnya ketika pasar modal bullish (tren harga saham naik) karena ekonomi yang kondusif bagi pertumbuhan, misalnya akibat inflasi yang rendah, maka kepercayaan kepada proyeksi ekonomi pun membesar. Dalam situasi ini konsumen akan cenderung berbelanja dan ini artinya perekonomian menjadi bergairah. Logika serupa terjadi pada sistem ekonomi lain di luar AS.
Sedangkan bagi perusahaan dan sektor bisnis, kondisi bullish membuat mereka memanfaatkan kenaikan harga saham untuk ekspansi modal dengan mengakuisisi aset perusahaan lain. Langkah ini bisa mempertinggi output ekonomi dan membuka lapangan kerja yang adalah sinyal baik bagi keseluruhan sistem ekonomi. Hal sebaliknya terjadi manakala pasar modal bearish (tren harga saham turun).
Dari gambaran ini, konteks pengaruh kenaikan inflasi AS terhadap sistem moneter global mungkin bisa dipahami. Bukan soal independen atau tidaknya sebuah perekonomian, tapi fakta sistem keuangan global sudah sangat terintegrasi sehingga manakala satu sakit bisa menulari yang lain, apalagi jika jantung sistem yang sangat terintegrasi itu yang sakit. (ant)
Load more