Mencermati Dampak Inflasi Tinggi di Amerika Serikat dan Dampak bagi Indonesia
- ANTARA/REUTERS/Mike Blake/File Photo
Kecenderungan ini mendorong Federal Reserve menempuh langkah cepat, dengan mengurangi pembelian obligasi per bulan dari 120 miliar dolar AS menjadi 15 miliar dolar AS, sejak musim panas lalu. Tujuannya adalah menahan kenaikan suku bunga guna memacu tingkat pinjaman dan belanja yang penting dalam menghidupkan roda perekonomian setelah dilumpuhkan oleh pandemi COVID-19.
Tetapi ternyata inflasi berlangsung lebih lama dari perkiraan sehingga bank sentral AS ini bisa saja tergoda menaikkan suku bunga yang sejak Maret 2020 sudah nyaris nol, paling cepat awal tahun depan. Ini artinya jauh lebih cepat dari rencana semua akhir 2023.
Mengapa AS digerogoti inflasi? Sebenarnya bukan AS saja yang mengalaminya karena tren ini juga terjadi global, mulai China dan Eropa sampai negara berkembang.
Namun bagaimana AS diterjang inflasi bisa menjadi pelajaran bagi kawasan lain agar mengenai pangkal masalah yang menyeret negara ke dalam inflasi sehingga bisa waspada dan bersiap menghadapi eskalasi dampak inflasi AS yang sudah terasa luas di pasar modal global itu.
Ini semua berawal dari pandemi COVID-19. Pandemi membuat perekonomian AS ambruk awal triwulan kedua 2020 setelah lockdown membuat aktivitas bisnis terhenti dan memaksa puluhan juta orang dirumahkan. Output ekonomi AS pun terpangkas 31 persen pada triwulan kedua 2020.
Kekacauan Rantai Pasokan
Semua orang menderita, juga perusahaan-perusahaan yang terpaksa menghentikan atau menunda investasi. Resesi hebat pun menimpa Negeri Paman Sam yang sebenarnya juga melanda banyak negara di dunia ini.
Sempat diperkirakan bakal lama sehingga sektor korporat sudah dibiasakan menghadapi malaise panjang, perekonomian AS ternyata pulih lebih cepat berkat belanja masif pemerintah AS yang dibarengi serangkaian langkah pengenduran moneter yang ditempuh Federal Reserve.
Pemulihan itu makin cepat lagi setelah vaksin COVID-19 disuntikkan luas kepada masyarakat. Seketika itu pula sektor bisnis bergairah lagi. Restoran-restoran, toko-toko, dan sejenisnya membuka lagi usahanya.
Pembalikan cepat ini membuat arus permintaan melonjak, malah terlalu cepat terjadi ketika sistem ekonomi nasional sudah terlanjur bersiap menghadapi resesi panjang.
Lonjakan permintaan barang ini membuat pelabuhan-pelabuhan tak bisa menampung barang yang mendadak membesar. Rantai pasokan global pun menjadi kacau.
Load more