Meskipun telah mendapat tekanan dari AS, Beijing lambat membalas. Ada asumsi bahwa telatnya respons dilakukan untuk menghindari gangguan industri China yang merakit sebagian besar ponsel pintar, komputer tablet, dan elektronik konsumen lainnya di dunia.
Menurut data, China mengimpor chip asing senilai lebih dari US$300 miliar atau Rp4,47 Kuadriliun (kurs Rp14.900 per dolar AS) setiap tahunnya.
Sebagai tanggapan atas tekanan yang dilakukan, Beijing juga disebut menggelontorkan miliaran dolar untuk mencoba mempercepat pengembangan chip dan mengurangi kebutuhan akan teknologi asing.
Saat ini pabrikan China dapat memasok chip kelas bawah yang digunakan dalam otomotif dan peralatan rumah tangga. Namun, chip ini tidak dapat mendukung ponsel cerdas, kecerdasan buatan, dan aplikasi canggih lainnya.(chm)
Load more