Jakarta, tvonenews.com - Minggu, 14 Mei 2023 waktu setempat, Pemilihan Umum (Pemilu) Turki Digelar. Pemilihan presiden diikuti oleh tiga kandidat, yakni Recep Tayep Erdogan, Sinan Ogan dan Kemal Kilicdaroglu.
Warga Turki juga akan menentukan parlemen baru. Persaingan ketat bakal terjadi antara Aliansi Rakyat yang terdiri dari Partai AK (AKP) yang berakar dari Islam konservatif Erdogan dan MHP nasionalis, dan Aliansi Bangsa Kilicdaroglu yang dibentuk dari enam partai oposisi, termasuk Partai Rakyat Republik pendiri Turki Mustafa Kemal Ataturk.
Pencoblosan dimulai pukul 8 pagi (12.00 WIB) dan ditutup pada pukul 5 sore. Menjelang Minggu malam kemungkinan hasil penghitungan sudah bisa diumumkan.
(Recep Tayep Erdogan. Sumber: ANTARA)
Pemilu Turki diwarnai beragam isu yang menghangatkan kondisi politik di negara itu. Misalnya soal tuduhan Erdogan yang menyebut oposisi bekerja sama dengan Presiden AS Joe Biden untuk menggulingkannya.
Selain itu, kandidat oposisi, Kemal Kilicdaroglu menuduh pihak Rusia melakukan campur tangan pemilu beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu.
Kemal Kilicdaroglu dari Partai Rakyat Republik (CHP), saingan utama presiden petahana, Recep Tayyip Erdogan, menuduh Rusia mengarang video deepfake dan materi palsu. Tuduhan Kemal ini merujuk pada rekaman seks yang diduga palsu dari kandidat lain Muharrem Ince, dirilis sehari sebelum Muharrem mundur jadi capres Turki.
"Jika Anda menginginkan kelanjutan persahabatan kami (Turki dan Rusia) setelah 15 Mei (usai pemilu), lepaskan tangan Anda dari negara kami,” kata Kilicdaroglu.
(Kemal Kilicdaroglu. Sumber: ANTARA)
Memilih kembali Erdogan akan memberikan mandat baginya untuk lebih memusatkan kekuasaan di sekitar istana negara, menindak lawan, dan menggunakan posisi pengaruhnya di panggung dunia untuk memperkuat kendalinya di dalam negeri.
Koalisi oposisi enam partai yang dipimpin oleh Kilicdaroglu telah berkampanye dengan janji reformasi, dan pembongkaran sistem kontrol yang luas yang telah dibangun oleh Erdogan selama dua dekade.
“Saya percaya pemilihan ini akan menjadi contoh, tidak hanya untuk Turki tetapi juga untuk seluruh dunia. Untuk pertama kalinya, rezim otoriter akan dihancurkan oleh demokrasi,” kata Kaftancioglu, juru kampanye Kilicdaroglu.
(Sinan Ogan. Sumber: ANTARA)
Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki berubah menjadi sistem presidensial yang didukung oleh jaringan patronase luas yang setia kepada Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), menolak upaya kudeta militer pada tahun 2016 dan sering mencap lawan-lawannya sebagai musuh negara.
Erdogan juga telah meningkatkan jejak Turki di luar negeri dan membentuk kembali ekonominya sesuai citranya, mengawasi proyek dan pembangunan infrastruktur yang besar, tetapi juga krisis ekonomi di mana nilai lira Turki telah berkurang setengahnya dalam satu tahun terakhir saja.
Tiga hari sebelum pemilihan presiden paling ketat di Turki, salah satu dari empat calon presiden, Muharrem Ince telah mengundurkan diri dari pencalonan.
Keputusan itu diambil setelah Ince mengaku mendapat tekanan atas tuduhan video porno yang melibatkan dirinya. Ince berada di bawah tekanan untuk memecah suara oposisi, ketika mereka memiliki peluang terbesar untuk menyingkirkan Presiden Recep Tayyip Erdogan dari kekuasaan.
"Saya menarik pencalonan saya," katanya kepada wartawan, dikutip dari BBC Internasional.
(Muharrem Ince. Sumber: ANTARA)
Merujuk pada gambar dan video porno palsu, Ince mengaku bahwa hal itu merupakan salah satu alasannya untuk mengundurkan diri. Dia mengeluh bahwa selama 45 hari dia telah difitnah dan mengalami pembunuhan karakter karena video seks palsu tersebut.
"Faktur palsu, video palsu, gambar palsu, mereka mengambil video dari situs porno Israel dan menambahkan wajah saya di sana," ujarnya.
Keputusan Ince untuk menarik diri mendorong Erdogan untuk bersaing dengan lawan sengitnya, Kemal Kilicdaroglu. Mundurnya Ince juga disebut-sebut membuat pasar saham utama Turki melonjak turun.(ito)
Load more