Sinergi Akademisi, Bisnis, dan Pemerintah: Gebyar ABG Jadi Ajang Penguatan Riset Obat dan Makanan dan Dorong Inovasi Kesehatan Nasional
- Istockphoto
tvOnenews.com - Kemajuan sektor kesehatan tidak dapat dipisahkan dari kemampuan suatu negara dalam memperkuat riset, inovasi, dan kolaborasi lintas disiplin.
Dalam industri obat, makanan, serta teknologi kesehatan, temuan baru sering kali lahir dari kerja bersama antara akademisi, pelaku industri, dan pemerintah yang menyediakan ruang eksperimen serta pengembangan berbasis ilmu pengetahuan.
Ekosistem yang terjalin melalui kolaborasi semacam ini menjadi landasan penting bagi negara yang ingin membangun sektor kesehatan modern dan berdaya saing.
Di tingkat global, berbagai negara menunjukkan bahwa inovasi di sektor kesehatan bertumbuh pesat ketika riset tidak berjalan sendiri-sendiri. Korea Selatan, misalnya, mempercepat pengembangan bioteknologi melalui integrasi riset kampus dengan pusat inkubasi industri.
Melansir dari berbagai sumber, sebagai contohnya, Singapura mengembangkan sistem pengawasan pangan yang lebih presisi berkat konsorsium publik-swasta yang meneliti keamanan produk secara paralel dan berkelanjutan.
Praktik semacam itu menjadi inspirasi bagi berbagai lembaga di Indonesia untuk memperkuat ekosistem riset di bidang kesehatan dan pangan. Indonesia juga mulai mendorong pendekatan kolaboratif serupa dengan memposisikan inovasi sebagai pendorong utama kemajuan industri kesehatan.
Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada penciptaan produk baru, tetapi juga memastikan keamanan, mutu, dan standar ilmiah yang ketat. Acara yang mempertemukan akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah menjadi titik temu yang strategis agar riset dan industri berkembang sejalan, sambil membuka ruang agar produk lokal mampu bersaing di ranah internasional.
Dokter Reza Gladys, Dipl. AAAM, bersama dr. Attaubah Mufid ikut berpartisipasi dalam Gebyar Academia Business and Government Collaboration (ABG) yang diselenggarakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia sebagai bagian dari refleksi satu tahun Asta Cita pemerintahan Prabowo–Gibran.
Kegiatan yang digelar pada 15–16 November 2025 di Kantor BPOM, Jakarta Pusat dan diprakarsai oleh Kepala BPOM, Prof. Taruna Ikrar, M.D., Ph.D., ini dirancang untuk memperkuat sinergi antara akademisi, dunia usaha, dan pemerintah dalam mendorong lahirnya inovasi baru di sektor kesehatan serta obat dan makanan.
Agenda internasional ini diikuti 10 booth peserta dari Korea, Malaysia, India, Singapura, dan Indonesia, serta 20 perguruan tinggi nasional. Gebyar ABG diharapkan menjadi momentum baru untuk mempertemukan ide, riset, dan peluang bisnis yang dapat mendorong kemandirian inovasi nasional terlebih untuk produk-produk lokal, ujar dr. Reza Gladys saat ditemui di lokasi kegiatan.
Kehadiran booth yang ia kelola sekaligus mempertegas bahwa produk-produk tersebut telah melalui penilaian keamanan dan memperoleh izin edar dari BPOM. Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, membuka acara secara daring.
"Inisiasi dan kolaborasi kunci kemajuan di era kita sekarang,” kata Gibran Rakabuming Raka. Penekanannya pada kolaborasi menunjukkan bahwa perkembangan sektor kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan membutuhkan kerja sama lintas keahlian.
"Gebyar ABG diharapkan menjadi momentum baru untuk mempertemukan ide, riset, dan peluang bisnis yang dapat mendorong kemandirian inovasi nasional terlebih untuk produk-produk lokal," kata dr. Reza Gladys. Masyarakat dapat menjalani skin analysis dan berkonsultasi langsung dengan tim dokter dari kliniknya. Pengunjung bisa melakukan free konsultasi, skin analysis, dan berbagai kegiatan menarik lainnya.
- Ist
Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menegaskan kembali bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan pondasi penting dalam memperkuat ekosistem inovasi nasional. “Kami ingin ruang inovasi Indonesia terus tumbuh melalui kontribusi akademisi, dunia usaha, dan pemerintah,” kata Taruna Ikrar.
Pernyataan ini sekaligus menegaskan peran BPOM sebagai lembaga yang tidak hanya mengawasi, tetapi juga mendorong lahirnya inovasi yang berbasis riset dan memastikan keamanan bagi masyarakat.
Dengan terselenggaranya Gebyar ABG 2025, kolaborasi aktif antara akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah diharapkan mampu menciptakan lebih banyak produk kesehatan yang berkualitas, aman, serta berorientasi pada riset ilmiah, sehingga industri nasional semakin siap bersaing di tingkat global. (udn)
Load more