Misi Laut Bersih Dimulai: Indonesia–Taiwan Satukan Inovasi dan Riset Hadapi Krisis Sampah Laut
- Istockphoto
tvOnenews.com - Di tengah gemuruh ombak dan keindahan laut nusantara, tata kelola sampah laut di Indonesia mendapat sorotan penting. Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai panjang serta wilayah laut yang luas, pengelolaan limbah laut menjadi tantangan sekaligus peluang.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencanangkan program “Laut Sehat Bebas Sampah (Sebasah)” sebagai langkah konkret pengelolaan dari hulu-ke-hilir (“from river to sea”), yang menyinergikan kementerian, pemerintah daerah, komunitas dan sektor swasta untuk menjaga laut tetap bersih dan produktif.
Melansir dari Antara, diperkirakan sekitar 20 juta ton sampah masuk ke laut Indonesia setiap tahun melalui aliran sungai, pesisir dan pulau-kecil. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa sekitar 80% dari sampah di laut kita berasal dari aktivitas daratan, dan sekitar 30% di antaranya adalah sampah plastik.
Manfaat dari tata kelola yang baik sangat besar: ekosistem laut yang lebih sehat, populasi ikan yang terjaga, serta kualitas hidup masyarakat pesisir yang meningkat. Ketika sampah berkurang, habitat biota laut tidak terganggu, industri perikanan memiliki potensi yang lebih baik, dan kawasan pesisir dapat menjadi sumber daya yang berkelanjutan.
Dengan demikian, pengelolaan sampah laut bukan hanya soal kebersihan, tapi soal keberlanjutan ekonomi biru dan kesejahteraan masyarakat. Kerangka inilah yang sejajar dengan artikel tentang kerja sama antara Indonesia dan Taiwan dalam pengelolaan sampah laut.
Dua negara maritim, Indonesia dan Taiwan, sepakat untuk menjalin kemitraan melalui proyek bernama “Indonesia Marine Debris Management Cooperation Project” di bawah payung Memorandum of Agreement (MoA) yang diluncurkan di Taipei pada 15 September 2025.
Peluncuran implementasi dilakukan di Indonesia pada 5 November 2025 dengan berbagai aktivitas seperti lokakarya internasional dan penelitian bersama tentang teknologi dan inovasi manajemen sampah plastik laut.
Pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam tata kelola sampah laut melalui kerja sama internasional dan sinergi lintas sektor.
"Kita perlunya peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk semua pihak yang terlibat dalam tata kelola sampah laut melalui kerja sama internasional dan penguatan sinergi lintas sektor," ujar Ketua Dewan Pembina The Habibie Center (THC), Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie.
"Kami memang mau menyelesaikan masalah sampah laut ini. Jadi kami sangat senang bekerja sama dengan siapa saja untuk menangani sampah laut, termasuk dengan OAC," tambahnya.
Laut tidak mengenal batas wilayah, sehingga perlindungan harus dilakukan secara lintas negara. “Kerja sama antara THC dan OAC merupakan manifestasi dari visi Taiwan untuk mewujudkan laut yang sejahtera melalui kemitraan global demi masa depan yang berkelanjutan,” ujar Direktur Departemen Pembangunan Internasional OAC, Lee Shan Ying, Ph.D..
Kemitraan ini juga sejalan dengan fakta bahwa sampah laut Indonesia tidak hanya memengaruhi wilayah lokal, terdapat laporan bahwa sampah plastik dari utara Jakarta dan barat Jawa dapat terbawa hingga ke Samudera Hindia dan bahkan ke Afrika selatan dalam waktu sekitar satu tahun.
Dengan melibatkan riset bersama dan publikasi melalui kanal seperti ASEAN Briefs, kolaborasi ini diharapkan bisa memperkuat skema kerja sama multipihak di kawasan Indo-Pasifik serta memperkuat upaya yang sudah dilakukan oleh Indonesia sendiri.
Sampah laut dari wilayah Indonesia ditemukan telah hanyut ke wilayah lain, seperti Samudera Hindia dan mencapai benua lain seperti Benua Afrika.
"Oleh karena itu, upaya untuk menghadapi sampah plastik membutuhkan solusi komprehensif untuk mengatasi sampah dari hulu ke hilir. Sinergi multipihak merupakan faktor kunci dari kesuksesan pengelolaan sampah laut di Indonesia," ujar Prof. Muhammad Reza Cordova, Profesor Riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia.
Tingkat daur ulang di Indonesia masih rendah, hanya sebesar sekitar 10–20%, sedangkan di Taiwan mencapai sekitar 60%. Kolaborasi dengan Taiwan ini dinilai sebagai upaya yang sangat relevan untuk mentransfer pengalaman dan inovasi dalam daur ulang serta manajemen sampah laut.
Sejalan dengan upaya domestik di Indonesia, melalui program seperti Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut (BCL), KKP telah melibatkan nelayan dan masyarakat pesisir untuk membersihkan sampah laut, yang hingga pertengahan tahun 2024 telah mengumpulkan sebanyak 1.005,82 ton sampah melalui 4.621 nelayan dari 30 kabupaten/kota.
- Ist
Dengan demikian, kerja sama internasional ini bukan hanya sekadar simbolis, namun usaha konkret yang menggabungkan kebijakan nasional (seperti target pengurangan sampah laut 70% hingga tahun 2025) dengan aksi global dan teknologi inovatif.
Kerangka nasional-internasional ini berpotensi memperkuat upaya Indonesia dalam menyelesaikan persoalan sampah laut yang bersumber dari daratan maupun laut, memajukan ekonomi biru, serta menjaga keberlanjutan ekosistem maritim.
Dengan menjalin sinergi seperti ini, antara kebijakan nasional, aksi lokal, dan kolaborasi global, Indonesia memiliki peluang nyata untuk membalik situasi dari penghasil sampah laut besar menjadi pelopor pengelolaan sampah laut yang efektif dan berkelanjutan. (udn)
Load more