Tawa Tutut Saat Dengar Mimpi Aneh Sang Ayah, Soeharto Dua Tahun Sebelum Wafat
- Dok Tutut Soeharto
tvOnenews.com – Kisah hidup Presiden RI kedua, Soeharto, selalu menghadirkan cerita menarik untuk dibahas. Sosok yang dijuluki The Smiling General ini memang lekat dengan kontroversi, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun kehidupannya sehari-hari.
Banyak pihak menilai Soeharto sebagai penyebab kehancuran ekonomi Indonesia di penghujung masa pemerintahannya.
Mereka yang kontra beranggapan bahwa Soeharto menggunakan kekuasaan demi memperkaya diri dan keluarganya.
- Wikipedia
Namun di sisi lain, tak sedikit pula yang tetap menganggapnya sebagai pahlawan, terutama karena perannya dalam menumpas pemberontakan G30S/PKI.
Di luar pro-kontra tersebut, bagi keluarganya, Soeharto tetaplah sosok yang penuh kasih.
Adik kandungnya Hajah Noek Bresinah Soehardjo bahkan sempat membagikan kenangan pribadi yang cukup unik tentang sang kakak. Kisah itu dituliskannya dalam buku Pak Harto The Untold Stories.
Noek menceritakan bahwa beberapa tahun sebelum wafat, tepatnya pada 2006 saat dirawat di Rumah Sakit Pertamina, Soeharto sempat mengaku mengalami mimpi aneh.
"Aku lagi wae ngimpi (saya barusan mimpi)," ujar Soeharto kepada adiknya, sebagaimana dituturkan Noek.
- Dok Siti Hardijanti Rukmana
Saat itu Noek dan anak sulung Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut, tengah menemaninya di ruang perawatan. Tutut kemudian penasaran dan bertanya kepada ayahnya.
"Mimpi apa to, Pak?" tanya Tutut.
Soeharto pun menjawab, "Nonton gamelan, rame, nanging ana sing aneh (menonton gamelan, ramai, tetapi ada yang aneh)."
Tutut kembali bertanya, "Apa yang aneh, Pak?"
Dengan tenang, Soeharto menjawab, "Kuwi lho, sindene kok wong Sunda kabeh? (Itu lho, penyanyinya kok orang Sunda semua?)."
Mendengar jawaban tersebut, Tutut tersenyum lalu bergurau, "Lha, sindene mesti ayu-ayu to, Pak (Penyanyinya pasti cantik-cantik ya, Pak?)."
Soeharto pun menimpali sambil tersenyum, "Ya embuh, ora weruh wong kahanane peteng (Ya tidak tahu, karena suasananya gelap)."
Percakapan ringan itu membuat Noek dan Tutut tertawa, sementara Soeharto kembali terlelap.
Kenangan kecil itu ternyata terjadi sekitar dua tahun sebelum Soeharto menghembuskan napas terakhir. Tepatnya pada 27 Januari 2008, sang mantan presiden tutup usia di Jakarta.
Load more