Diundang jadi Panitia di Amerika, Pakar Followership Indonesia Ini Malah Raih Penghargaan Tak Terduga
- Istimewa
California, tvOnenews.com – Muhsin Budiono Nurhadi pakar followership global asal Indonesia baru saja mendapatkan penghargaan membanggakan di kancah internasional "The Most Intriguing Paper" pada konferensi The 4th Global Followership Conference (GFC) di Claremont McKenna College, Claremont, California, Amerika Serikat.
Dalam konferensi yang digelar mulai tanggal 28-31 Mei 2025 itu Muhsin menyampaikan makalahnya yang berjudul "Power-Move Act: A Followership Lesson from Khalid ibn Al-Walid" selama kurang lebih 30 menit dengan format presentasi dan tanya jawab.
- Istimewa
Pada presentasinya Muhsin memperkenalkan terminologi Power-Move Act (P-M Act) yang terinspirasi dari sikap mulia komandan perang pasukan muslim terhebat sepanjang sejarah Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid yang saat itu punya prestasi mentereng karena selalu memenangkan setiap perang yang dipimpinnya tiba-tiba dicopot dari jabatannya oleh Khalifah Umar, padahal Khalid tidak melakukan kesalahan apapun.
Dengan penuh kepatuhan dan lapang dada Khalid bin Walid menerima keputusan itu.
P-M Act merupakan terminologi yang menggambarkan sikap penerimaan kondisi shifting ekstrem dari jabatan leaders yang tinggi namun tiba-tiba mendapat demosi berlipat maupun dicopot dari posisinya menjadi follower biasa atau bahkan tak menjabat sama sekali.
"Pada praktiknya, di organisasi maupun korporasi ada saja kondisi seseorang yang harus kehilangan jabatan secara ekstrem yang bukan sebab melakukan kesalahan atau fraud, melainkan karena restrukturisasi organisasi, tekanan eksternal, faktor politis, ataupun sebab-sebab lainnya", ujar Muhsin kepada tvOnenews.com.
- Istimewa
Berkat presentasinya yang memukau para peserta, pria yang merupakan alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu dianugerahi penghargaan "The Most Intriguing Paper".
Penghargaan ini juga merupakan bentuk pengakuan atas kontribusi signifikan Muhsin dalam pengembangan ilmu dan praktik followership, baik di Indonesia maupun secara global.
Pada konferensi kali ini, Muhsin bahkan dipercaya duduk dalam kepanitiaan GFC 2025 yang mengharuskannya berkolaborasi dan bekerjasama mempersiapkan GFC bersama praktisi, penggiat, dan pemerhati followership dari seluruh dunia.
Tantangan terbesar dari menjadi panitia GFC menurut Muhsin adalah beda waktu yang sangat signifikan antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
"Karena sebagian besar panitia berada di US dan Kanada jadi saya "terpaksa" harus legowo kalau meetingnya online jam 11 malam atau bahkan jam 2 pagi WIB," jelas Muhsin.
Muhsin diakui komunitas followership dunia sebagai pakar followership global dengan sertifikasi standar internasional untuk mengajar followership, setelah mengikuti program sertifikasi langsung dari pakar followership dunia, seperti Ira Chaleff dan Marc Hurwitz.
Dengan pengalaman lebih dari 17 tahun sebagai trainer, akademisi, dan praktisi followership, Muhsin telah berperan besar dalam memperkenalkan dan mengembangkan followership di Indonesia.
Muhsin yang juga merupakan karyawan aktif PT Pertamina (Persero) ini telah berkontribusi positif dalam penyusunan bahan ajar, penulisan artikel, dan buku followership bersama pakar-pakar followership global.
Pada 2019, Muhsin juga pernah mendapatkan penghargaan Internasional "Followership Trailblazer Award" di Waterloo University, Kanada atas upayanya yang telah memberikan edukasi followership kepada sedikitnya 14.000 orang di seluruh Indonesia, baik melalui sesi daring maupun luring.
Di Kanada ia juga menerbitkan buku “Followership Education New Directions for Student Leadership (Vol 2020/#167)” dengan menggandeng Wiley publisher.
Di Indonesia sendiri Muhsin menerbitkan buku followership bertajuk "The Jongos Ways".
- Istimewa
Dalam konferensi GFC 2025 yang dihadiri oleh 124 peserta dari 12 negara di seluruh dunia ini, Muhsin berharap terminologi followership akan semakin dikenal luas, terutama di kalangan masyarakat Indonesia.
Ia juga berkesempatan untuk bertemu langsung dengan tokoh legenda followership dunia, Dr. Robert Kelley yang merupakan pencetus terminologi Followership pertama kali lewat tulisannya di Harvard Business Review di tahun 1988.
Muhsin meyakini bahwa pemahaman yang utuh tentang followership sangat krusial untuk mendapatkan perspektif yang seimbang dalam memahami dinamika hubungan antara pemimpin (leader) dan pengikut (follower).
Menurut Muhsin, followership merupakan ilmu dan skill yang penting dipelajari serta diterapkan untuk pengembangan diri dan mengasah kemampuan leadership skill, yang pada gilirannya dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemimpin dan lingkungan sekitar dalam konteks hubungan pemimpin-pengikut yang kolaboratif (partnership).
Penghargaan dan penerimaan Muhsin di kalangan internasional ini menjadi bukti nyata bahwa kepakaran Indonesia di bidang followership telah diakui secara global, sekaligus memotivasi lebih banyak individu untuk memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip followership dalam kehidupan pribadi maupun profesional mereka.
Load more