Terkait tema webinar, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan I Made Darmawita menegaskan, anak sekolah zaman sekarang hampir semua menjadi pengguna internet dan memiliki akun media sosial. Wajar, karena selain telah menjadi gaya hidup, media sosial juga dapat menjadi sarana efektif berkomunikasi dan berinteraksi antar-teman.
”Ambil yang positif dan bermanfaat, hindari yang berisiko negatif. Judi online termasuk yang dampak negatifnya paling serius. Sejak dulu, tidak ada cerita main judi bisa kaya dan enak hidupnya. Judi itu mencandu dan menipu kita,” tandas Made Darmawita, dalam webinar yang dipandu Joan Permana selaku moderator.
Webinar berlangsung semarak. Tercatat, ada sejumlah sekolah yang menggelar nonton bareng (nobar) untuk mengikuti diskusi kali ini. Di antaranya, SMPN 1, SMPN 3, SMPN 4 dan SMPN 6 Tabanan, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4 Kerambitan, SMPN 2 Pupuan, SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3 Marga, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4 Baturiti, SMK Gandhi Usadha Bali dan SMPN 1 Selamdeg Timur.
Sementara, MC Professional Tissa Carolina mengatakan, lemahnya pengamanan akun media sosial, salah satunya karena banyak anak di bawah umur 13 tahun yang sudah punya akun medsos, tapi belum paham etika dan aturan main yang mesti diikuti. Tak jarang mereka tergoda mengklik link phising atau scam yang menjanjikan hadiah maupun modus cinta yang mudah menipu kalangan usia sekolah.
”Di sini pengawasan orang tua dan guru jadi kunci keberhasilan penghentian korban kejahatan digital. Dengan siapa dan akun atau platform apa saja yang boleh diakses, mesti dibantu verifikasinya oleh guru dan orang tua saat di rumah atau di sekolah,” saran Tissa.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Kabupaten Tabanan, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Load more