Sejumah sekolah menengah yang menggelar nobar diskusi online di wilayah Kabupaten Minahasa Utara dan sekitarnya, antara lain: SMPN 1 Dimembe, SMPN 1, SMPN 2, dan SMPN 3 Airmadidi, SMPN 1 Kalawat, SMP Advent Unklab Airmadidi, SMPN 4 Satu Atap Likupang Timur, SMPN 6 Satu Atap Likupang Barat, SMPN 2 Satu Atap Dimembe, SMPN 1 Talawaan, SMP Katholik Saint Johanis Laikit, dan SMPN 2 Kauditan.
Dari sudut pandang berbeda, akademisi Universitas Paramadina Jakarta Septa Dinata menyebut beberapa contoh perilaku perundungan (bullying). Di antaranya, flaming dan trolling (menggoda atau menjebak), harassment (usikan), impersonasi dan catchfishing (berpura-pura menjadi orang lain), dan outing (menyebarkan rahasia).
”Lalu, tipu daya (trickery), yaitu berpura-pura ramah untuk meyakinkan seseorang agar mengungkapkan rahasia atau informasi yang memalukan, ekslusi, yakni dengan sengaja dan kejam mengekslusi seseorang dari diskusi atau grup daring, dan penguntitan (stalking),” jelas Septa Dinata.
Sementara, Wakil Ketua Umum Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia Eko Prasetya mengatakan, edukasi dan pencegahan deteksi dini dapat mengakhiri perilaku cyberbullying. Selain itu, dukungan bagi korban dan intervensi orang lain juga sangat diperlukan.
”Bicaralah dengan seseorang: dorong korban untuk berbicara dengan seseorang yang dipercaya, seperti orang tua, guru, atau konselor. Dukungan emosional sangat penting, termasuk pelatihan bagi orang tua dan guru. Latih orang tua dan guru tentang bagaimana mengenali tanda-tanda cyberbullying dan cara penanganannya,” pungkas Eko Prasetya.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Kabupaten Minahasa Utara ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Load more