Sebelumnya polemik antara Prabowo dengan Anies Baswedan bermula dari saling sindir keduanyanya dalam debat pertama capres 2024. Moderator menanyakan menurunnya kepercayaan publik terhadap partai politik, padahal partai politik merupakan pilar penting demokrasi.
Anies lalu menjabarkan masyarakat sebenarnya tidak percaya dengan proses demokrasi, bukan hanya parpol. Salah satu bagian demokrasi ialah adanya oposisi yang bebas mengkritik pemerintah.
"Kita saksikan minim sekali adanya oposisi selama ini. Dan sekarang ujiannya adalah besok. Bisakah pemilu diselenggarakan dengan netralitas, jujur, dan adil. Jadi persoalan demokrasi kita jauh lebih luas dari sekadar persoalan pada parpol," kata Anies.
Saat menanggapi omongan Anies itulah Prabowo menyinggung Pilgub DKI 2017. Pada Pilgub tersebut, salah satu partai yang mengusung Anies ialah Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo. Bagi Prabowo, keberhasilan Anies menjadi Gubernur DKI menunjukkan demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik. Sebab saat itu Gerindra posisinya sebagai oposisi.
"Kalau demokrasi kita tidak berjalan, tidak mungkin Anda jadi gubernur. Kalau Jokowi diktator, Anda tidak mungkin jadi gubernur," kata Prabowo.
Selain Fadli, Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani juga pernah mengungkap peran partai berlambang garuda saat memenangkan Anies Baswedan di Pilgub DKI 2017.
Saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (15/12), Muzani menyebut ribuan kader yang hadir di Rakornas pernah menjadi saksi di TPS-TPS di Jakarta. Bahkan, mereka sempat tidur di masjid untuk memenangkan Anies. "Ini orang datang di sini itu ribuan. Mereka semua menjadi saksi bagaimana mereka datang ke TPS-TPS, RT-RT di Jakarta, tidur di emperan di RT-RT, tidur di masjid, tidur di musala, tidur di tempat-tempat majelis taklim, memenangkan Pak Anies," kata Muzani kepada wartawan.
Load more