tvOnenews.com - Optimalisasi sumber daya manusia, inovasi serta teknologi bisa menjadi kunci untuk mempercepat pertumbuhan berkelanjutan dunia yang lebih efektif di tengah krisis iklim dan maraknya kemiskinan, demikian salah satu inti sari dari sesi tematik ajang Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023.
Hal ini disampaikan oleh Senior Advisor of Economic Prosperity Tony Blair Institute Indonesia (TBI Indonesia), Niall Saville, dalam sesi panelis bertajuk ‘Relevance of International Partnership in Realizing Sustainable Development’.
TBI Indonesia adalah salah satu knowledge partner dari perhelatan ISF yang di selenggarakan oleh Kemenkomarves dan Kadin Indonesia. Sesi tematik TBI Indonesia menampilkan perwakilan pemerintah, organisasi nirlaba, dan pakar kelas global lainnya, di antaranya Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Alue Dohong; Head of Environment UNDP, Dr. Aretha Aprilia; Mission Director USAID, Jeffrey Cohen; Director of Climate Policy Initiative, Tiza Mafira; Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan; Country Director Asian Development Bank-Indonesia, Jiro Tominaga; serta Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia, Juan Permata Adoe; hadir dalam sesi diskusi yang terbagi ke dalam 2 (dua) sesi panel.
Sejalan dengan Niall, dalam diskusi terpisah mengenai ‘Implications of Low-Carbon Trade and Increasing Resilience of Global Supply Chains on Emerging Markets’. Senior Advisor of Trade and Infrastructure TBI Africa, Alban Odhiambho, menyatakan bahwa kemitraan internasional memiliki peran vital.
Interkoneksi global dapat terlihat pada perdagangan yang berkelanjutan. Perdagangan internasional memberikan kontribusi yang monumental untuk produk domestik bruto secara global. Lebih lanjut, Alban mengatakan bahwa selain akses teknologi, kerangka regulasi sangatlah penting untuk mendorong perdagangan hijau dan membangun rantai pasokan yang lebih baik.
Dalam sambutannya di Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan bahwa krisis iklim telah merugikan dunia hingga USD 23 triliun pada 2050 dengan 3 juta kematian setiap tahunnya.
Load more