Ruslan Buton menambahkan bahwa ancaman tersebut berada di Pulau Taliabu khususnya, kalau di Maluku Utara hampir semua ada, di Weda by nikel kemudian ada di pulau Obi di Pulau Bacan.
"Terutama di pulau Taliabu itu disana ada smelter yang terpanjang kedua di dunia setelah Kolombia katanya. 42 KM di Taliabu, itu dari tambang langsung ke pelabuhan, jadi kapal sandar, hasil bumi itu masukkan berangkat. Kita nggak tahu," ujar Ruslan.
Bahkan menurutnya, mereka tidak tahu bagaimana bentuknya karena merupakan pelabuhan khusus yang tidak bisa disinggahi oleh siapapun.
"Kecurigaan saya pada saat saya berdinas di sana, saya melaksanakan tugas setiap hari Minggu. Itu helm-helm kuning itu berkeliaran di kampung itu sehingga saya tanya Pak Kades. 'Pak Kades kok banyak sekali, setiap minggu?," papar Ruslan Buton.
Saat itu Ruslan Butonn masih bekerja sebagai satgas tahun 2017. Ia menyampaikan bahwa rasa ingin tahu siapa sebenarnya para pekerja asing ini.
"Ada satu kelompok itu 5 orang. Yang lainnya ya masing-masing jalan sendiri nggak usah urusin. Yang 5 orang saya panggil, sini datanglah mereka. Saya tanya kalian dari mana? Nggak bisa bahasanya," terang Ruslan Buton sambil memperagakan para TKA China yang melambai tangan.
Ternyata para pekerja tersebut tidak bisa bahasa Inggris, dan tidak bisa bahasa Indonesia. Ruslan berasumsi jika para pekerja ini merupakan tenaga ahli, tidak mungkin tidak bisa berbahasa asing.
Load more