Waka BPIP: Ajak Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia berpikir Kritis dan Kreatif
- Istimewa
Di Universitas Pertahanan, mata kuliah keagamaan diajarkan secara menyeluruh kepada mahasiswa berbagai agama sehingga diperoleh ilmu sejati, menumbuhkan toleransi dan menjunjung tinggi kerukunan umat beragama.
“Keberagaman itu indah dan tidak boleh dibanding-bandingkan,” ujarnya.
Karjono berbagi nasihat tentang cara menjadi pemimpin yang baik. Menurutnya, lebih baik berbicara kencang meski salah, daripada diam meski benar.
“Ngomong kenceng salah daripada diam betul, atau ngomong kenceng, cepat dan menguasai materi,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya memiliki kelebihan dibanding yang lain, atau memiliki daya ungkit, datang lebih awal dan pulang setelah temannya pulang.
Karjono juga menanyakan kepada para mahasiswa tentang pilihan mereka antara menjadi profesional atau loyal.
Profesional dan loyal menurutnya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Ia juga menanyakan kepada mahasiwa kedinasan di seluruh Indonesia yang diwakili 120 orang mahasiswa itu mengenai anggapan perubahan terhadap Pancasila.
Hasilnya adalah tidak setuju 117 orang, dan yang setuju 3 orang saja. Maka Karjono memberikan apresiasi atas hasil tersebut.
Disisi lain survei dari Setara Institute, sekitar 83,3 persen pelajar SMA beranggapan Pancasila dapat diubah.
Padahal ideologi negara adalah yang harus dipertahankan. Contoh yang terjadi di Afganistan, Suriah, Irak, atau Myanmar dimana agamanya satu agama dan suku hanya beberapa suku antara 3 sampai 6 suku tetapi dari dulu perang tidak selesai.
Sedangkan di Indonesia, beratus-ratus suku bangsa, agama beragam.
Hasil survei tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran yang serius terkait pentingnya Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Hal ini disebabkan oleh penghapusan Tap MPR II/1978, Lembaga BP7 dibubarkan pada era reformasi dan penggantian UU Sisdiknas menghilangkan mata ajar Pancasila.
“Generasi milenial dipengaruhi Barat melalui media sosial,” katanya.
“Pancasila mulai dihidupkan kembali semasa Bapak Taufik Kiemas, Ketua MPR R.I dibentuklah empat Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” ujarnya.
Kemudian lembaga UKP PIP dan direvitalisasi menjadi BPIP dan saat ini telah lahir PP 4/2022 tentang Standar Pendidikan Nasional, dimana dalam PP tersebut terdapat ketentuan wajib mata ajar Pancasila mulai dari PAUD hingga pendidikan tinggi. Bahkan pendidikan formal untuk Pendidikan Informal maupun nonformal.
Load more