Jakarta, tvOnenews.com - Belakangan ini, berbagai kontroversi dari sederet kegiatan keagamaan yang dilakukan di dalam Ponpes Al Zaytun tengah menyita perhatian serta kecaman dari masyarakat.
Kegiatan Keagamaan yang dilakukan di dalam Al Zaytun beberapa kali membuahkan kontroversi, beberapa kegiatan tersebut bahkan viral di media sosial mulai dari Salam Kristen yang dipimpin oleh Pandji Gumilang selaku pemimpin Ponpes Al Zaytun, sampai Azan nyeleneh yang dilakukan di Ponpes tersebut.
Sebelumnya ada juga kontroversi dimana saat ibadah salat Idul Fitri 1444 H yang mencampurkan jemaah wanita dan lelaki di satu shaf salat yang sama.
Bahkan belakangan warganet sempat menyangkut pautkan kegiatan serta sistem pengajaran yang dilakukan di Al Zaytun dengan kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia yakni Negara Islam Indonesia atau NII.
Menanggapi hal tersebut dua alumni dari Ponpes Al Zaytun pun buka suara kepada tim Fakta tvOne terkait dengan tuduhan rekrutmen NII yang terjadi di dalam Ponpes Al Zaytun.
Salah satu Alumni dari Ponpes Al Zaytun yakni Iksan yang merupakan angkatan kedua yang menempuh pendidikan di Ponpes Al Zaytun itu membantah semua tuduhan keterkaitan antara Al Zaytun dan NII.
Kepada tim Fakta tvOne, Iksan yang menempuh pendidikan selama 6 tahun di Al Zaytun Sejak kelas 1 SMP sampai lulus SMA tahun 2005 mengaku kalau semua kegiatan di Al Zaytun sama dengan pesantren lainnya.
"Pesantren Al Zaytun itu pesantren yang normal dan sama dengan pesantren lainnya, yang membedakan ya itu isu-isu atau tuduhannya itu," kata Iksan.
Iksan mengatakan selama menempuh pendidikan di Al Zaytun sebagai santri setiap kegiatan yang dilakukannya sama saja seperti santri-santri pada umumnya dan tidak ada kaderisasi atau perekrutan NII didalamnya.
"Kalau kami sebagai santri yang ibaratnya sekolah di sana itu normal aja, gaada yang disebut seperti kemarin kaderisasi, perekrutan, itu keliru dan salah besar faktanya adalah kalau emang ada kaderisasi, kami yang dari angkatan kedua ini lulus 1200 orang lebih itu yang tinggal disana ga sampai 20 orang, itu artinya berarti disana gak ada rekrutmen yang dituduhkan itu. " Sambung Iksan.
Bahkan Iksan juga mengatakan kalau berbagai video yang viral di media sosial terkait cara beribadah yang dilakukan di dalam Ponpes Al Zaytun yang dianggap menyimoang itu tidaklah benar.
Iksan mengatakan kalau selama dirinya menjadi santri tidak pernah ada improvisasi beribadah yang dilakukan seperti pada video-video yang viral di media sosial.
"Selama kami 6 tahun di sana itu normal, ga ada improvisasi dalam ibadah. sama sekali ga ada praktik praktik ibadah yang seperti itu" terang Iksan.
"Jadi Al Zaytun itu kalo dikaitkan dengan NII itu Ada tapi bukan di santrinya. Kalau ditanya NII nya itu apa? bukan sistemnya itu ga ada, pendidikan bukan, rekrutmen pun tidak ada. Kalo orang cari kesana mau cari NII juga ga akan ketemu walaupun ada indikasinya. Indikasinya tuh sebenarnya mereka melihat cuma mereka gasadar aja." tutupnya.
Terkait hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Indramayu dan juga Jawa Barat pun turun tangan terkait dengan kontroversi-kontroversi yang terjadi di dalam Ponpes Al-Zaytun.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Indramayu dan juga Jawa Barat, mengatakan kalau pihak MUI tidak mengetahui cara beribadah yang dilakukan di Ponpes Al-Zaytun yang banyak menuai kontroversi.
Hingga kini belum ada klarifikasi dari pihak Ponpes Al-Zaytun terkait dengan berbagai peristiwa beribadah yang menuai kontroversi tersebut sampai dengan tuduhan terkait dengan rekrutmen NII di dalam Ponpes Al Zaytun.
(akg)
Load more